Kisah Penyihir Jahat Calon Arang
Di Indonesia ada sebuah legenda tentang seorang penyihir wanita jahat di masa kerajaan Kediri, yang dikenal dengan nama Calon Arang.
Kisah Calon Arang awalnya ditulis di naskah daun lontar (tidak diketahui siapa penulisnya) dengan aksara Bali Kuna. Jumlahnya empat naskah. Meskipun aksaranya Bali Kuna, tetapi bahasanya Kawi atau Jawa Kuna. Semua naskah tersebut disimpan di sebuah Perpustakaan di Belanda.
Ringkasan kisah dalam naskah tersebut terdiri atas dua bagian, Tentang Calon Arang dan Tentang pembagian wilayah kerajaan Airlangga kepada dua puteranya. Dan yang akan kita bahas adalah kisah tentang Calon Arang
Latar Belakang Sejarah
Raja Airlangga (1006-1042 M) memerintah di Jawa Timur sejak 1021 M sesuai dengan isi prasati Pucangan (Calcutta). Pusat kerajaan Airlangga berpindah-pindah karena diserang oleh musuh. Prasasti Terep (1032 M) menyebutkan raja Airlangga lari dari istananya di Watan Mas ke Patakan karena serangan musuh. Prasasti tidak menyebutkan bahwa keraton Airlangga ada di Daha, tetapi naskah Calon Arang ini menyebutkan keraton Airlangga ada di Daha (Kediri).
Pada masa itulah hidup seorang janda yang sangat sakti bernama Dayu Datu atau yang di kenal sebagai Calon Arang dari Desa Girah yaitu Desa pesisir termasuk wilayah Kerajaan Kediri. Calon Arang juga sering disebut ‘Rangda Nateng Girah’ yang artinya Janda Penguasa desa Girah. Calon Arang adalah Ratu Sihir yang sangat sakti dan memiliki sebuah padepokan sihir, pada jaman itu bisa membuat wilayah Kerajaan Kediri mengalami wabah yang dapat mematikan rakyatnya dalam waktu singkat, yaitu pada wilayah pesisir termasuk wilayah desa Girah.
Calon Arang menulis semua ilmu sihirnya ke dalam sebuah "Kitab", dan kitab sihir inilah yang dalam kisah "dicuri" atau diamankan oleh Mpu Bharadah, yang akhirnya berhasil mengalahkan Calon Arang. Tidak jelas keberadaan kitab sihir tersebut, tetapi beberapa orang murid Calon Arang yang telah mempelajari ilmu sihir tersebut, melarikan diri ke pulau Bali. Di Bali mereka mengajarkan dan melestarikan sebagian ilmu yang mereka pelajari dari Calon Arang, dan ilmu itu sekarang kita kenal dengan nama Leak. Oleh karena itulah kisah Calon Arang ini sangat dekat dengan adat masarakat hindu Bali sehingga Calon Arang di klaim sebagai orang Bali.
Ilmu Leak adalah sebagian dari Ilmu Sihir Calon Arang
Di Bali Ilmu leak dikenal masyarakat luas, ilmu ini memang teramat sadis karena dapat membunuh manusia dalam waktu yang relatif singkat. Tapi bisa juga menyebabkan manusia mati secara perlahan dengan penderitaan yang hebat dan berkepanjangan.
Ilmu leak ini bisa dipelajari pada lontar-lontar atau buku-buku jaman kuno yang terbuat dari daun pohon lontar. Oleh murid-murid Calon Arang yang melarikan diri ke bali, lontar ini diisi Ilmu Pengleakan. Kitab lontar itu dibuat dalam empat kitab yaitu, Lontar Cambra Berag, Lontar Sampian Emas, Lontar Tanting Emas, dan Lontar Jung Biru. Ilmu ini sangat menakutkan, dan itu baru sebagian dari apa yang tertulis dalam kitab Calon Arang. Bayangkan kalau seluruh ilmu sihir yang ada dalam kitab Calon Arang ditemukan.
Kisah Calon Arang
Di Kerajaan Kediri pada masa pemerintahan Airlangga yaitu di desa Girah ada sebuah Perguruan Ilmu Hitam yang dipimpin oleh seorang janda yang bernama Calon Arang. Semua muridnya perempuan dan diantaranya ada 4 murid yang ilmunya sudah tingkat senior yaitu, Nyi Larung, Nyi Lenda, Nyi Lendi, Nyi Sedaksa. Calon Arang juga mempunyai seorang putri bernama Diah Ratna Mengali, meskipun cantik, tidak ada satupun pemuda yang mau melamarnya. Masyarakat Kerajaan Kediri beranggapan kalau dia bisa ilmu leak juga, sebab dia adalah keturunan Calon Arang.
Mendengar hal itu, Calon Arang pun marah besar, dia merasa anaknya telah difitnah. Diapun berniat membalas fitnahan itu dengan balasan yang sangat mengerikan. Maka diperintahnyalah Nyai Larung, untuk mengumpulkan semua murid-muridnya untuk diberikan segala ilmu kewisesan yang dimiliki Calon Arung kepada murid-muridnya. Calon Arang berencana membuat Kerajaan Kediri gerubung yaitu berupa serangan wabah penyakit yang sulit diobati yang dapat mematikan rakyatnya dalam waktu singkat.
Gerubug Di Kerajaan Kediri
Rakyat Kerajaan Kediri di siang harinya ramai seperti biasanya. Masing-masing melakukan aktivitasnya seperti biasa. Tidak ada pertanda aneh di siang hari tersebut. Tetapi setelah tengah malam tiba, saat semua Rakyat Kediri sudah tertidur lelap. Murid-murid Calon Arang yang sudah menjadi leak, datang ke desa-desa wilayah pesisir Kerajaan Kediri. Bertebaran di angkasa dalam wujud Endih atau api jadi-jadian. Desa-desa pesisir bagaikan dibakar dari angkasa.
Dengan kedatangan pasukan leak tersebut, tiba-tiba saja penduduk desa merasakan udara menjadi panas dan gerah yang membuat tidur mereka menjadi gelisah. Banyak keganjilan yang terjadi, dan membuat masyarakat menjadi ketakutan, dan tidak ada yang berani keluar. Beberapa saat kemudian, muncul leak beraneka rupa, dan berkeliaran di jalan-jalan desa pesisir. Semua leak tersebut menjalankan tugas seperti apa yang diperintahkan oleh gurunya. Para leak di malam itu telah menyebarkan penyakit grubug di desa-desa wilayah pesisir Kerajaan Kediri.
Keesokan harinya penduduk desa bangun pagi-pagi. Mereka ramai menceritakan keanehan yang terjadi pada malam harinya. Namun sedang asyik bercerita, tiba-tiba jeritan penduduk minta tolong terdengar dimana-mana, sambung menyambung. Masyarakat desa menjadi panik, mendadak sebagian penduduk mengalami muntah dan mencret. Bahkan ada yang meninggal. Sungguh mengerikan pemandangan di desa-desa wilayah pesisir Kerajaan Kediri ketika itu. Sehari-hari orang mengusung mayat ke kuburan dalam selisih waktu yang sangat singat.
Setelah berberapa hari mengalami malapetaka itu, akhirnya pengurus desa, tetua, dan para pemangku, mengadakan pertemuan untuk membicarakan wabah penyakit gerubug yang menyerang desa-desa pesisir wilayah Kerajaan Kediri.
Tiba-tiba muncul seseorang yang bertubuh tinggi, kepala kribo, berkumis tebal dan brewok dalam keadaan mabuk. Lalu berkata bahwa anaknya telah meninggal karena muntah mencret. Pemabuk itu sesumbar menantang Calon Arang. Si Brewok tiba-tiba muntah mencret dan tewas di tempat.
Para tetua desa tersebut menjadi teringat bahwa Si Brewok inilah yang menjadi biang keladi dari kejadian yang menimpa Diah Ratna Manggali anak Calon Arang. Si Brewok ini telah membuat fitnah Diah Ratna Mengali bisa ngeleak. Jangan-jangan hal itu yang menjadi penyebab dari penyakit gerubug itu. Merekapun sepakat untuk segera melaporkan hal tersebut kehadapan Prabu Airlangga Raja Kediri.
Keesokan harinya para pengurus desa beserta rombongan berangkat menuju Istana Kediri. Sesampainya di sana, rombongan tersebut segera menghadap Prabu Airlangga. Lalu menjelaskan panjang lebar mengenai masalah yang sedang melanda desa-desa pesisir wilayah Kerajaan Kediri. Mendengar berita itu, Sang Prabu berjanji akan menyelesaikan masalah itu dan akan menghukum Calon Arang dengan ganjaran yang setimpal.
Raja Kediri Murka
Sepeninggalan rombongan Desa Girah, Tampak Prabu Airlangga Raja Kediri tak kuasa menahan amarah akibat ulah Calon Arang. Pikiran beliau hanya tertuju kepada upaya bagaimana mengalahkan Calon Arang yang sakti tersebut.
Ketika hari menjelang siang, secara tak disangka-sangka Ki Patih Madri datang menghadap Sang Prabu ke Istana. Ia adalah seorang pengawal Istana dan sangat berpengaruh di kalangan orang-orang di Kerajaan Kediri.
Gembira sekali perasaan Sang Prabu. Sang Prabu segera menceritakan perasaan hatinya saat itu dan sekaligus meminta pendapat dari Ki Patih Madri tentang Calon Arang beserta wabah penyakit gerubug yang disebarkannya di desa-desa pesisir wilayah Kerajaan Kediri. Dan bagaimana caranya menumpas dan melenyapkan Calon Arang beserta murid-muridnya yang telah berbuat onar.
Mendengar semua itu, Ki Patih Madri kaget, sebab sebelumnya ia sama sekali tidak mendengar adanya masalah ini. Kemudian Ki Patih Madri berjanji akan melalukan segala kemampuannya untuk menghancurkan Calon Arang. Sungguh lega hati Sang Prabu mendengar apa yang diucapkan oleh Ki Patih Madri. Raja Airlangga pun membuat keputusan untuk menggempur Calon Arang, dan mempercayakan Ki Patih Madri memimpi penyerangan.
Gugurnya Ki Patih Madri
Ki Patih Madri telah mengumpulkan tokoh masyarakat dan penduduk yang mempunyai ilmu kanuragan. Mereka semua dikumpulkan di Istana dan diberikan pengarahan mengenai rencana penyerangan ke tempat Ratu Leak di Desa Girah di malam hari. Waktu penyerangan pun tiba. Menjelang tengah malam mereka berangkat bersama
Karena kesaktian Calon Arang, maka serangan dari pihak Kediri telah diketahui sebelumnya. Sehingga Calon Arang memerintahkan kepada seluruh murid-muridnya untuk bersiaga di perbatasan Desa Girah.
Pada tengah malam, sampailah Ki Patih Madri dan para jawara Kediri di perbatasan Desa Girah. Mereka langsung menggelar ajian yang mereka miliki dan menyerang musuh. Serangan tersebut kemudian dihadang oleh para murid Calon Arang yang dipimpin oleh Nyi Larung sehingga terjadilah pertempuran ilmu kanuragan dimalam hari yang sangat dasyat.
Tidak beberapa lama, serangan dari para jawara Kediri dapat dipatahkan oleh murid-murid Calon Arang, sedangkan Ki Patih Madri gugur dalam peperangan melawan Nyi Larung dan para jawara Kediri banyak yang tewas. Para jawara Kediri yang masih hidup, berlari menyelamatkan diri meninggalkan arena pertempuran dan kembali ke Istana Kediri, serta melaporkan semuanya kehadapan Prabu Airlangga. Kekalahan pasukan Kediri menyebabkan pasukan leak Calon Arang bergembira. Mereka semua tertawa ngakak dengan suara membelah angkasa.
Pada pagi hari, sisa pasukan Kediri yang kalah perang telah sampai di Istana Kediri. Segera mereka menghadap Sang Prabu dan melaporkan segala sesuatunya. Mendengar berita kekalahan dan gugurnya Ki Patih Madri, Raja Airlangga yang bijaksana memberikan wejangan kepada Prajurit Kediri yang hampir putus asa. Dengan wejangan tersebut, para pasukan Kediri bersemangat kembali untuk menggempur Calon Arang beserta murid-muridnya
Buku Rahasia Ilmu Pengeleakan Calon Arang
Dengan kalahnya Patih Madri, maka Raja Kediri memanggil seorang Bagawanta (Rohaniawan Kerajaan) yang bernama Empu Bharadah yang ditugaskan oleh Raja untuk mengatasi gerubug dari Calon Arang.
Empu Bharadah lalu mengatur siasat, lalu menugaskan putranya, Empu Bahula, untuk mengawini Diah Ratna Mengali agar mencuri rahasia ilmu pengeleakan milik Janda sakti itu. Diapun berhasil mencuri buku tersebut berupa lontar yang bertuliskan aksara Bali, berisi tentang teknik pengeleakan.
Setelah Calon Arang mengetahui bahwa dirinya telah diperdaya oleh Empu Bharadah, Calon Arang sangat marah dan menantang Empu Bharadah untuk perang pada malam hari di Setra Ganda Mayu yaitu sebuah areal kuburan yang sangat luas yang ada di Kerajaan Kediri.
Pertempuran Ilmu Hitam dengan Ilmu Putih di Setra Ganda Mayu
Dalam perang besar ini Raja Airlangga mengikutkan Pasukan Balayuda Kediri dalam menghadapi Calon Arang dan pasukan leaknya. Para Pasukan Balayuda Kediri yang terpilih sebanyak 200 orang yang dipimpin oleh Ki Kebo Wirang dan Ki Lembu Tal.
Keesokan harinya perjalanan penyerangan dilakukan, dan akhirnya rombongan Empu Bharadah dan pasukan Kediri sampai di pesisir selatan Desa Lembah Wilis. Kemudian Semua pasukan menuju Setra Ganda Mayu yang berada di Wilayah Desa Girah.
Sementara Calon Arang diiringi oleh para muridnya, telah melakukan segala persiapan. Setelah beberapa saat, maka sampailah pada puncaknya. Raja pengiwa telah dibangkitkan dan merasuk ke dalam sukma. Semua murid Calon Arang telah berubah wujud dan siap menyerang. Semua pasukan leak kemudian keluar dalam rupa bola api beterbangan, menuju ke Setra Ganda Mayu.
Melihat pasukan leak dengan beraneka rupa datang, pasukan Kediri menjadi kaget dan was-was dan ada yang ketakutan. Semuanya bersiap-siap dan merapatkan diri. Demikian pula dengan Ki Kebo Wirang dan Ki Lembu Tal, mereka berdua sangat waspada serta selalu berada di dekat Empu Bharadah untuk mengawalnya.
Empu Bharadah tidak sedikitpun gentar melihat kawanan leak tersebut, bahkan semangat untuk bertempur semakin membara. Sambil Empu Bharadah mengucap mantra sakti Pasupati. Empu Bharadah membawa pusaka sakti berupa sebuah keris yang bernama Kris Jaga Satru.
Calon Arang Tewas
Pertarunganpun terjadi dengan sangat seram dan dahsyat antara penguasa ilmu hitam yaitu Calon Arang dibantu murid-muridnya dengan penguasa ilmu putih yaitu Empu Bharadah dibantu Pasukan Balayuda Kediri, di Setra Ganda Mayu. Pertempuran berlangsung sangat lama sehingga sampai pagi, dan karena ilmu hitam mempunyai kekuatan hanya pada malam hari saja, maka setelah siang hari Calon Arang akhirnya tidak kuat melawan Empu Bharadah
Calonarang terdesak dan muridnya banyak yang tewas dalam pertempuran melawan Empu Bharadah dan Pasukan Balayuda Kediri. Mengetahui dirinya terdesak, Calon Arang segera menggelar kesaktian pengiwanya. Ia berubah wujud menjadi seekor burung garuda berbulu emas dan bersembunyi di balik awan.
Mengetahui Calon Arang bersembunyi dibalik awan, Empu Bharadah memerintahkan Ki Lembu Tal sebagai umpan, agar si garuda mau keluar dari persembunyiannya. Lalu dengn menari-nari sambil mengibas-ngibaskan senjatanya ke udara sebagai pertanda menantang, Ki Lembu Tal mengejek si garuda. Mendengar dan melihat ejekan Ki Lembu Tal, menyebabkan Calon Arang menjadi naik darah, dan segera keluar dari persembunyiannya. Si garuda Calon Arang dengan secepat kilat terbang hendak menyambar Ki Lembu Tal. Ketika itu pula Empu Bharadah menembakkan senjata pusaka Jaga Satru dan mengenai sang garuda jelmaan Calon Arang hingga jatuh tersungkur ke tanah tergeletak tak berdaya. Segera si garuda kembali ke wujud manusia. Calon Arang pun menghembuskan nafas terakhirnya. Dengan meninggalnya Calon Arang maka bencana gerubug yang melanda Kerajaan Kediri bisa teratasi.
Lokasi Sebenarnya Desa Girah
Ternyata lokasi sebenarnya dari Calon Arang adalah di Dusun Butuh, Desa Sukorejo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Diperkuat setelah ditemukannya sebuah situs yang diyakini sebagai situs Calon Arang yaitu bekas sebuah rumah tempat dimana Calon Arang pernah tinggal. Situs yang terletak ditengah perkebunan tebu ini sudah sejak lama dirawat oleh penduduk setempat secara mandiri. Peduduk setempat berharap agar tempat itu diperhatikan oleh pemerintah, karena selain memiliki nilai sejarah, jika tidak diperhatikan bisa hilang dicuri orang.
Di situs itu terdapat dua buah batu yang merupakan ambang pintu dari bahan batu andesit. Ambang pintu pertama berukuran, panjang 135 cm, lebar 56 cm dan tebal 29 cm. Ambang pintu kedua berukuran: panjang 137 cm, lebar 38 cm dan tebal 23 cm. Keduanya dalam kondisi baik. Pada sisi atas di sebelah akan dan kiri terdapat dua lobang segi empat dan lingkaran. Kemungkinan ini dipakai tempat pilar penyangga semacam kusen pintu.
Selain ambang pintu terdapat 4 buah umpak dari bahan batu andesit yang rata-rata berukuran sekitar: panjang bawah 50 cm, panjang atas 45 cm, lebar bawah 50 cm, lebar atas 45 cm dan tinggi sekitar 50 cm. Keempat umpak batu berbentuk prisma itu diperkirakan merupakan pondasi penyangga empat sudut rumah. Juga terdapat dua buah balok batu dari bahan batu andesit dengan ukuran, batu pertama: panjang 62 cm, lebar 40 cm dan tebal 17 cm. Batu kedua: panjang 67 cm, lebar 47 cm dan tebal 18 cm.
J Sutjahjo Gani, salah seorang budayawan Kota Kediri menjelaskan, tempat tersebut pernah didatangi para ahli sejarah dan budayawan dari Pulau Dewata Bali. Kedatangan mereka untuk membuktikan apakah ada keterkaitan antara situs tersebut dengan dramatari kolosal Calon Arang yang selama ini diklaim sebagai hasil kesenian asli Bali itu.
Menurut Gani, dengan kedatangan tim dari Bali itu, menunjukkan bahwa kalangan budayawan Bali juga menyepakati bahwa tanah kampung halaman Calon Arang memang di Dusun Butuh. Bahwa kemudian peristiwa yang terjadi di Kediri ini menjadi inspirasi bagi para budayawan Bali menciptakan dramatari Calon Arang yang terkenal di seluruh penjuru dunia.