JENIS KATA
I. Pembentukan Kata
Pembentukan
sebuah kata dapat diambil dari dua sumber yaitu sumber dari dalam bahasa Indonesia dan dari luar bahasa Indonesia .
Kata baru yang bersumber dari bahasa Indonseia bersumber dari kata yang sudah
ada, seperti gabungan kata berikut.
daya tahan serbaguna lepas tangan
daya
tarik serbatahu
lepas
pantai
Pembentukan
kata bahasa Indonesia yang berasal dari luar bahasa Indonesia adalah seperti
kata-kata serapan berikut.
Valuta mesjid Impor
Ekspor bank ahad
Pengambilan
kata asing tersebut disebabkan karena belum ada penemuan penamaan secara resmi
dari bahasa Indonesia .
II. Pengertian.
Kata adalah kumpulan bunyi yang mengandung arti. Berikut 10 jenis kata, jenisnya yang sering
dipergunakan dalam pemakaian bahasa Indonesia .
III.
Peran kata
Selain
memiliki fungsi, kata juga memiliki peran dalam kalimat, yaitu apakah kata
tersebut berperan sebagai pelaku, penderita, pelengkap, penyerta, atau sebagai
penjelas. Contoh: Anak-anak belajar Bahasa Indonesia dengan tertib. Pelaku
pelengkap penjelas Buku itu dibelinya ketika ia berada di luar negeri.
IV. Jenis-Jenis
Kata
A. Kata Kerja
(verba)
Kata Kerja (verba)
adalah kata yang menyatakan makna
perbuatan, pekerjaan, tindakan atau
keadaan. Kata
Kerja
dibedakan menjadi 2 macam :
1. Kata kerja aktif transitif adalah kata kerja yang berobyek
langsung, seperti contoh berikut:
a.
membeli roti
P O
b.
membaca Koran
P O
2. Kata kerja Aktif
intrasitif adalah kata kerja yang tak berobyek, seperti contoh berikut:
a.
Adik menangis
S P
b.
Bapak Membaca
S
P
Dilihat dari maknanya yang dikandungnya, kata kerja dapat
dibedakan atas:
a.
Kata kerja aktif
Contoh: membaca, memakan, melihat.
b.
kata kerja pasif
Contoh: diminum, dimasak, ditegur.
Ciri-ciri kata
kerja sebagai berikut:
1. Menempati
fungsi predikat dalam kalimat. Misalnya:
a.
Kucing mengeong. ( mengeong = kata kerja)
S P
b. Kucing
itu berwarna putih. (berwarna = kata kerja)
S
P pel
2.
Dapat didahului oleh
kata keterangan akan, sedang
dan sudah.
a.
Mereka akan menempati rumah itu S
P O
b.
Ayah sedang duduk.
S
P
3. Dapat didahului oleh kata tidak.
a.
tidak sehat
b.
tidak makan
Dari sumber lain dijelaskan Kata kerja
ialah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Kata kerja biasanya
berfungsi sebagai predikat. Suatu kata dapat digolongkan kedalam kelas kata
kerja apabila memenuhi persyaratan berikut.
(1) Dapat
diikuti oleh gabungan kata (frasa) dengan + kata sifat.
Contoh: pergi
(Pergi dengan gembira.) , tidur (Tidur dengan
nyenyak.), jalan (Jalan dengan santai.)
(2) Dapat diberi aspek waktu, seperti akan,
sedang, dan telah.
Contoh: (akan) mandi,
(sedang) tidur, (telah) pergi
(3) Dapat diingkari dengan kata tidak.
Contoh: (tidak)
makan, (tidak) lihat, (tidak)
pulang
(4) Berawalan
me- dan ber-
Contoh: melatih,
melihat, merakit, berdiskusi ,berpikir, berusaha
B. Kata Benda (nomina)
Kata Benda (nomina) adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda dan konsep atau pengertian. Kata Benda
dibedakan menjadi 2 macam:
1. a. Kata benda (nomina)
berwujud (konkrit), seperti kata berikut:
1) Ali, Jakarta, Brantas, Semeru
dan sebagainya
2) Meja, Almari, Bangku dan sebagainya
3) Perak, Emas, Besi, Intan dan sebagainya
b.
Kata benda tak berwujut (abstrak) yang tidak tertangkap oleh panca
indra, seperti kata berikut: agama, sifat, kelakuan, pertanian dan sebagainya.
2. Kata benda bentuk dasar dan
kata benda turunan.
a.
kata benda bentuk dasar
Contoh; gambar, pisau, tahun.
b.
kata bentuk turunan
Contoh; keindahan, kemajuan
Ciri-Ciri Kata
Benda
1.
Dalam kalimat yang berpredikat kata kerja, kata benda cenderung
menduduki fungsi subyek, obyek, atau pelengkap.
Contoh: Ibu
membelikan adik baju baru
S P O pel
Ibu = kata benda
Adik = kata benda
Baju baru =
kata benda
2.
Kata benda tidak dapat didahului oleh kata inkar tidak.
Kata ibu, adik, dan baju adalah kata benda sebab tidak dapat didahului oleh
kata tidak. Bentuk ingkar kata benda adalah bukan. Jadi, yang
benar adalah “bukan ibu yang membelikan adik baju baru”. Sedangkan “tidak ibu yang membelikan adik
baju baru merupakan contoh kalimat yang salah.
3.
Kata benda dapat diikuti oleh kata sifat dengan menggunakan kaya yang.
Contoh:
ibu yang baik hati, adik yang manis, baju yang baru.
Kata benda ialah kata yang mengacu pada benda, orang, konsep,ataupun
pengertian yang berfungsi sebagai objek dan subjek. Suatu kata dapat
digolongkan ke dalam kelas kata benda apabila memenuhi persyaratan berikut.
(1) Dapat diikuti oleh frasa yang + sangat.
Contoh: mobil
(mobil yang bagus/mobil yang sangat bagus)
pemandangan
(pemandangan yang indah/pemandangan yang
sangat indah)
pemuda
(pemuda yang gagah/pemuda yang sangat
gagah)
(2) Berimbuhan
pe-, -an, pe-/-an, per-/-an, ke-/-an.
Contoh: permainan
pertunjukan
kesehatan
(3) Dapat diingkari dengan kata bukan.
Contoh : saya
(bukan saya)
roti
(bukan roti)
gubuk
(bukan gubuk)
C. Kata Ganti (pronomina)
Kata Ganti (pronomina) adalah kata yang mengganti kata benda yang tidak
disebut, jadi tidak selalu mengucapkan kata benda tadi, antara lain:
1. Kata ganti orang.
a.
Saya, aku, beta (tunggal), kami, kita (jamak)
b.
Hamba, sahaya, abdi, patik.
c. Dimas,
Rama, Salsa, adik, ibu, awak, diri, badan.
d.
Engkau (tunggal) kamu
(jamak)
e.
Tuan, padukatuan, yang mulia dan sebagainya
f. Ia, dia, nya (tunggal), mereka itu (jamak)
g. Rumahku,
sepedamu, bukunya (ku,mu,nya kata ganti empunya)
Perhatikan pada kata ganti
orang berikut:
Kata ganti
|
Tunggal
|
Jamak
|
Orang I
Orang II
Orang III
|
Aku
Engkau
Dia
|
Kami, kita
Kalian
Mereka
|
2. Kata ganti Penunjuk: ini, itu
3. Kata Ganti penghubung (sebagai pengantar penghubung anak kalimat) = Yang, tempat, waktu,
siapa, apa, dimana.
4. Kata Ganti Penanya
a. siapa, apa, mana
b. berapa, mengapa, bagaimana
c. dimana, kemana, darimana
5. Kata Ganti tak tentu
a. seseorang b. sesuatu
6. Kata ganti kepunyaan
a.
ku
b.
mu
c.
-nya
Kata ganti atau pronomina adalah kata
yang dipakai untuk mengacu pada nomina lain. Pronomina berfungsi untuk
mengganti kata benda atau nomina.
Contoh: Aku sudah mencoba membujuknya.
Kami sangat berharap kepada kalian.
Dia telah
meninggalkan kita.
Itu memang
miliknya.
D. Kata Keadaan atau Kata Sifat (adjektiva)
Adjektif, juga dikenali sebagai kata sifat, ialah kata yang menjadi inti
dalam frasa adjektif seperti manis sekali, sudah lama sungguh,
masih lebat lagi.
Kata-kata
dalam golongan kata adjektif menerangkan keadaan atau sifat sesuatu nama atau
frasa nama. Kata adjektif boleh dikenali jika kata berkenaan didahului oleh kata penguat
seperti amat, sangat, sungguh, sekali, paling, agak, benar.
Kata Keadaan atau Kata Sifat (adjektiva) adalah kata
yang menerangkan hanya pada kata benda, biasanya jadi jawaban pada pertanyaan
bagaimana atau dalam keadaan apa. Seperti contoh berikut:
1.
Merah, besar, banyak dan sebagainya
2. Terbagus, terbaik, tertinggi dan sebagainya
3.
Dermawan, budiman dan sebagainya
Berdasarkan bentuknya, kata keadaan atau
kata sifat dibagi menjadi dua jenis:
1.
kata sifat bentuk dasar
Contoh: adil, aman, damai, manis.
2.
kata sifat bentuk turuan
Contoh:terhormat,kemalu-maluan,
jasmaniah, positif.
Ciri-ciri kata keadaan
atau kata sifat :
1. Dapat diberi keterangan
pembanding, seperti: lebih, kurang, palin.
Contoh: lebih besar,
kurang paham, paling pandai.
2. dapat diberi keterangan
penguat, seperti:sangat, sekali, terlalu.
Contoh: sangat bagus, murah sekali, terlalu mahal.
3.
dapat di ingkari dengan
kata ingkar; tidak
Contoh: tidak malas, tidak putih.
4.
dapat diulang dengan awalan
se- dan akhiran –nya.
Contoh: sebaik-baiknya,
secepat-cepatnya,
5.
pada kata tertentu
ditandai oleh akhiran -I, wi, iah, if.
Contoh: insani, manusiawi, alamiah, progesif.
Dari
sumber lain dijelaskan Kata sifat ialah kata yang dipakai untuk mengungkapkan
sifat atau keadaan sesuatu, misalnya keadaan orang, binatang, benda. Kata sifat
berfungsi sebagai predikat. Suatu
kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata sifat apabila memenuhi persyaratan
berikut.
(1) Dapat diawali dengan kata sangat,
paling dan diakhiri dengan kata sekali.
Contoh: indah (sangat indah/indah sekali)
baik
(sangat baik/baik sekali)
tinggi
(sangat tinggi/tinggi sekali)
(2) Dapat diberi awalan se- dan ter-.
Contoh: luas
(seluas/terluas)
bodoh (sebodoh/terbodoh)
mudah
(semudah/termudah)
buruk
(seburuk/terburuk)
baik
(sebaik/terbaik)
(3) Dapat
diingkari dengan kata tidak.
Contoh: murah (tidak murah)
sulit
(tidak sulit)
pahit
(tidak pahit)
Jenis-jenis kata adjektif
Kata adjektif terbahagi kepada 9 subgolongan:
1. sifat
menerangkan
sifat keadaan atau seseorang
contoh:
baik, cerdik, berani, lemah, kukuh, kemas, kejap, secantik, terkuat
2. warna
contoh:
merah, jingga, ungu, putih, hitam, kuning langsat
3. ukuran
contoh:
pendek, panjang, tebal, nipis, dalam, besar, sebesar, ternipis
4. bentuk
contoh:
bujur, lurus,
5. waktu
contoh:
lama, lambat, lewat, segera, suntuk, lampau, lalu, silam
6. jarak
contoh:
dekat, hampir, jauh
7. cara
contoh:
selalu, jarang, kadang kadang, kerap, lambat, deras, laju, jelas, muram,
lincah
8. pancaindera
·
rasa: sedap, lazat,
manis, pahit, lemak, pedas, payau
·
pandang: buruk, hodoh,
jelita, cantik, tampan
·
dengar:bising, sunyi,
senyap
·
bau: busuk, wangi,
hangit, hapak
·
sentuh: kesat, kasar, lembab,
halus, licin
9. perasaan
contoh:
takut, seram, benci, rindu, marah, senang, sayang, gembira
Pangka- pangkat adjektif
Pangkat pangkat atau tahap adjektif ada empat:
1. Pangkat biasa
Ia
dinyatakan dengan menggunakan kata adjektif biasa. Contoh:
·
Baju dia cantik.
·
Buah betik itu manis.
2. Pangkat perbandingan
Ia
merupakan perbandingan sama, lebih atau kurang. Contoh:
·
Tenaganya sekuat
Badang.
·
Buah jambu itu semanis
gula.
3. Pangkat menyangat
Ia
menerangkan adjektif yang keterlaluan seperti sangat, amat, benar-benar dan
sebagainya. Contoh:
·
Cuaca hari ini sangat mendung.
·
Buah rambutan ini terlalu masak.
4. Pangkat penghabisan
Ia
menerangkan adjektif paling atau penghabisan. Contoh:
·
Gunung Kinabalu adalah gunung yang paling tinggi
di Malaysia.
·
Menara KLCC bangunan yang tertinggi
di Malaysia.
E. Kata
Keterangan (adverbia)
Kata Keterangan (adverbia) adalah kata-kata yang
memberikan keterangan/ menerangkan kepada selain kata benda, seperti contoh
berikut:
1. Kata keterangan waktu: besok,
nanti, tiba-tiba, baru, kelak, sedang, dan sebagainya
2. Kata
keterangan tempat: sini,situ, sana, mana.
3. Kata keterangan kesungguhan:
a. tentu, pasti, sebenarnya, niscaya, dapat, tidak
b. barangkali, kalau-kalu, mungkin, entah
c. mudah-mudahan, moga-moga.
d. mari, hendaknya.
e. bukan, tidak mustahil, masa.
f.
ya, betul, sungguh,
bukan.
4. Kata keterangan keadaan:
a.
berjalan cepat
b.
membumbung tinggi
c.
berlari bersama-sama dansebagainya
5. Kata keterangan
tekanan:
a. yang
berupa akhiran tekanan, lah, kah, tah, pun, maukah, janganlah, adapun, dan
sebagainya .
b. yang berupa kata:
gerangan, pula,juga.
Kata bilangan dapat dibedakan atas:
1. kata bilangan bentuk dasar
contoh: sangat,
hanya, lebih segera.
2.
kata bilangan bentuk turunan
contoh: diam-diam, stinggi-tingginya, alangkah, sebaiknya,
habis-habisan.
Kata keterangan atau adverbia adalah kata
yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat.
Berikut
adalah macam-macam adverbia.
(1) Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah,
agak, akan, amat, nian, niscaya,tidak, paling, pernah, pula, saja, saling.
(2) Adverbia turunan terbagi atas 3
bentuk berikut.
(a) Adverbia reduplikasi, misalnya ; agak-agak,
lagi-lagi, lebih-lebih,paling-paling.
(b) Adverbia gabungan, misalnya : belum boleh,
belum pernah, atau tidakmungkin.
(c) Adverbia yang berasal dari berbagai kelas,
misalnya: terlampau,agaknya, harusnya, sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.
F. Kata
Sandang
Artikula atau Kata
Sandang adalah
kata yang fungsinya sebagai penentu bagi kata benda.
kata sandang dan
memiliki arti tapi menjelaskan nomina, contohnya adalah si, sang, dan kaum, hang. Kata sandang bisa
digunakan untuk mendampingi kata benda dasar, nomina yang terbentuk dari verba, pronomina, atau verba pasif.
Kata Sandang berfungsi :
1. menjadikan
kata bersifat kata benda
2. memberi
ketentuan kepada kata benda. seperti kata berikut: Si (tunggal), para (jamak),
sang, bang, dang, yang, dan sejenisnya.
G. Kata Bilangan (numeralia)
Kata Bilangan (numeralia) yaitu kata
penunjuk angka atau tingkatan. Kata bilangan dibagi menjadi dua yaitu:
1. a. kata bilangan utama: satu,
sepuluh, seratus dan sebagainya
b. kata
bilangan tak tentu: sedikit, banyak, beberapa.
c. kata bantu bilangan: orang, ekor, buah, butir, helai, pucuk,
batang, kuntum, tangkai, dan sebagainya.
2. Kata bilangan tingkat:kedua,
ketiga, keempat dan seterusnya.
Kata bilangan atau
numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang,
dan benda.
Contoh: Ibu membeli gelas selusin.
Ia mendapat peringkat pertama di
kelasnya.
Bapak Bardi memiliki dua puluh ekor
kambing.
Sepertiga dari
harta warisan itu disumbangkan ke panti asuhan.
H.. Kata
Tugas
Kata tugas dapat dirinci menjadi
empat jenis kata, yaitu (1) kata depan,(2) kata sambung, (3) kata
sandang, (4) kata seru, dan (5) partikel.
(1) Kata Depan (Preposisi) Kata depan adalah kata
yang menghubungkan dua kata atau dua kalimat.
Contoh: di
(sebelah) utara = menunjuk arah
ke timur = menunjuk arah
dari
pasar = menunjuk tempat
pada
hari senin = menunjuk waktu
(2) Kata Sambung (Konjungsi)
Kata sambung adalah
kata yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata;
frasa dengan frasa, klausa dengan klausa.
Contoh : adik
dan kakak
makan atau minum
tidak makan, tetapi
minum
ia tidak naik kelas karena
bodoh
Adi meletakkan tasnya, lalu ia membuka seragamnya.
(3) Kata Sandang (Artikula)
Kata sandang adalah kata tugas yang
membatasi makna nomina.
Contoh: sang
guru (sang bermakna tunggal)
para
pemimpin (para bermakna jamak)
si cantik (si bermakna netral)
(4) Kata Seru (Interjeksi)
Kata seru adalah tugas yang digunakan
untuk mengungkapkan seruan hati.
Contoh: Aduh,
kakiku sakit sekali.
Astaga, mengapa kamu berani mencuri ?
Ayo, jangan putus asa.
“Wah, mahal
sekali!” kata adik.
Kata yang dicetak miring
adalah kata seru. Contoh lain kata seru adalah
hai,
nah, oh, celaka, gila, Masya Allah, dan
Alhamdulillah.
(5) Partikel
Partikel adalah kategori atau unsur yang
bertugas memulai,mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam
komunikasi. Unsur ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah, dan pernyataan
(berita).
Contoh partikel: -lah, -kah, -tah, -deh, -dong, -kek, dan -pun
H. Kata
Sambung atau kata Penghubung (Konjungsi)
Kata Sambung atau
kata penghubung (Konjungsi) adalah partikel yang menggabungkan
kata dengan kata, frase dengan frase atau kalimat dengan kalimat. macam kata
penghubung sebagai berikut:
No
|
Jenis hubungan
|
Macam Kata Penghubung
|
1
|
Penggabungan
|
Dan, lagi, lagi, pula, serta,
juga
|
2
|
Pemilihan
|
Atau, baik … maupun…, entah…
|
3
|
Penjelasan
|
Bahwa, yakni, adalah, ialah
|
4
|
Pertentangan
|
Tetapi, sedangkan, melainkan, padahal
|
5
|
Waktu permulaan
|
Semenjak, sedari
|
6
|
Waktu bersamaan
|
Sewaktu,tatkala,seraya,selagi,sementara,selama,sambil,
ketika
|
7
|
Waktu berurutan
|
Sebelum,setelah,sesudah,seusai,begitu,sehabis,
lalu, ke-mudian
|
8
|
Tujuan
|
Agar, supaya, biar
|
9
|
Penyebab
|
Sebab, karena
|
10
|
Pengakibatan
|
Sehingga, asampai, sampai-sampai
|
11
|
Syarat
|
Jika,asal,andaikata,asalkan,jikalu,seandainya
|
12
|
Pembandingan
|
Seperti, bagaikan, bagai, seakan-akan, ibarat,lasana, sebagaimana,
daripada,alih-alih
|
13
|
Tingkat
|
Semakin…,kian…, bertambah ….
|
14
|
Perlawanan/konsensif
|
Meskipun,biarpun,bagaimanapun,sekalipun
|
15
|
Cara
|
Dengan,tanpa
|
16
|
Pengantar kalimat
|
Adapun
|
17
|
Kemiripan
|
Seakan-akan, seolah-olah
|
18
|
alat
|
Dengan, cara
|
Adapun sesuai dengan
fungsinya kata penghubung dibedakan sebagai berikut:
1. Konjungsi
Koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang
menghubungkan dua unsur atau Lebih dan kedua unsur tersebut memiliki status
sintaktis (pembentukan kalimat) yang sama. Yang termasuk dalam kategori
konjungsi koordinatif adalah:
1) aditif (penambahan) :
misalnya dan ,serta;
2) alternatif (pemilihan) : misalnya atau ;
3) konsesif (penantangan) : misalnya tetapi
,namun ,kecuali ,melainkan ;
4) intensitaf (penyangatan) : misalnya bahkan
,malah[an],justru;
5) perturutan : misalnya jadi ,maka ,lalu ,kemudian .
2.
Konjungsi subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang
menghubungkan dua klausa Atau lebih, dan
klausa-klausa tersebut tidak memiliki status sintaktis yang sama. Salah satu dari klausa tersebut merupakan
anak kalimat Dari kalimat induknya.
Konjungsi subordinatif dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. temporal
(kewaktuan) : misalnya
ketika ,tetkala ,sesudah ,sebelum ,sejak;
2. kausal (penyebaban) : misalnya
sebab ,karena ,lantaran ;
3. konsekutif (pengakibatan) : misalnya akibat ,sehingga
sampai –sampai ;
4. final (tujuan) : misalnya
agar ,supaya ;
5. kondisional (persyaratan) :
misalnya kalau apabila, jika,seandainya ;
6. inkondisional (takbersyarat) : misalnya walaupun, meskipun, kendatipun,
biarpun, betapapun.
7. komparatif (pemiripan) : misalnya bagai ,laksana ,seakan-akan ;
8. penjelasan : misalnya
bahwa ;
9. cara : misalnya
dengan ;
10. sirkumstansial
(keadaan) : misalnya sambil ,seraya,
sembari.
3. Konjungsi Korelatif
konjungsi korelatif adalah konjungsi yang
menghubungkan dua kata, frase, atau klausa; dan kedua unsur tersebut memiliki
status sentaksis yang sama. konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang
dipisahkan oleh salah satu kata, frase ,atau klausa yang dihubungkan. yang
termasuk dalam kategori konjungsi
korelatif antara lain :
1) baik … maupun…. ; 5)
entah … entah ….;
2) tidak hanya … tetapi juga ….; 6) apa [kah]… atau ….;
3) bukan … melainkan
….; 7) jangankan …,…pun ….
4) demikian [rupa ]…sehingga
….;
4. Konjungsi
Intrakalimat
Konjungsi
Intrakalimat
adalah konjungsi yang menghubungkan kata dengan kata/bagian
kalimat.berikut contoh penggunaan kata
penghubung dalam kalimat.
1) Menyatakan akibat
Andi
tidak masuk sekolah selama dua minggu sehingga tidak boleh
mengikuti ujian
2)
Menyatakan waktu
Novi
tidak ada dirumah ketika dimas datang
3) Menyatakan sebab
Rama berhasil menjadi juara
kelas karena rajin belajar
4)
Menyatakan pertentangan
Sebenarnya hendi baik hatinya tetapi keras wataknya
5) Menyatakan Tujuan
Salsa harus rajin belajar agar
menjadi juara kelas
5. Konjungsi Antarkalimat
Konjungsi
Antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan satu
kalima dengan kalimat yang lain. Konjungsi
ini selalu mengawali kalimat yang kedua. Misalnya;
1)
Biarpun demikian
Andi tidak masuk sekolah selama dua minggu sehingga
tidak boleh mengikuti ujian
2)
Sesudah itu
Novi tidak ada dirumah ketika dimas dating
3) Selanjutnya
Rama berhasil
menjadi juara kelas karena rajin belajar
4)
Sebaliknya
Sebenarnya hendi baik hatinya tetapi
keras wataknya
5) Bahwasanya
Salsa harus rajin
belajar agar menjadi juara kelas
6) Bahkan
MOSBA tahun ini Dimas tidak hanya mendapatkan nilai memuaskan
bahkan dinobatkan sebagai peserta terbaik.
6)
Kecuali itu
7)
Dengan demikian
8)
Oleh karena itu
9)
Sebelum itu dsb.
6. Konjungsi
Antarkalimat
Konjungsi
Antarparagraf adalah konjungsi yang menghubungkan dua kalimat dan memulai kalimat yang lain
(kalimat baru). Pada umumnya memulai paragraph baru. Misalnya;
1)
Adapun
2)
Akan hal
3)
Mengenal
4)
Alkisah dsb.
I. Kata Seru (interjeksi)
Kata Seru (interjeksi) adalah kata
yang mengungkapkan perasan atau emosi. Kata seru ini mengacu pada nada yang
diikuti oleh sikap dan digunakan untuk memperkuat rasa kagum, sedih, heran
serta jengkel. kata ini sebenarnya kalimat yang terdiri satu kata, sebab sudah
jelas menyatakan satu maksud. seperti kata berikut:
1. ah, aduh, aduhai, amboi (bernada
positif)
2. ya,
halo (bernada
netral)
3. Kasihan,
sayang (bernada
merendah)
4. gih,
cis, wah bernada negatif)
5.
Insya Allah, masya Allah (bernada
baik)
6.
ai, lho, bernada keheranan)
J. Kata Depan
Kata Depan yaitu kata yang menghubungkan kata benda dengan
kata yang lain serta menentukan sekali sifat perhubungannya. kata yang fungsinya atau menurut letak
penulisannya berada didepan untuk mendukung kata yang lain. Seperti berikut ini:
1. Penanda peruntukan :
bagi, untuk, buat, guna.
2. Penanda asal :
dari
3. Penanda keberadaan :
di
4. Penanda arah menuju :
ke, kepada, terhadap.
5. Penanda cara :
dengan.
6. Penanda ihwal :
tentang.
7. Penanda pelaku :
oleh
8. Penanda perbandingan :
daripada, bagai.
Ada pula kata depan
di tentukan sebagai berikut:
1. Kata depan sejati : di, ke, dari
2. Kata depan Majemuk :
diatas, kesana, darimana
3. Digabung
dengan kelas kata : diatas, ke atas, dari atas dan sebagainya
Penggunaan Kata
Depan 'dari' dan 'daripada'
Kata depan
'dari' dan 'daripada' sering membingungkan, dan karena itu, tidak sedikit orang
yang menggunakan kata-kata itu secara tidak tepat. Berikut ini kami berikan
beberapa contoh penggunaan kata tersebut dan penjelasannya secara singkat.
Kata
'dari' digunakan untuk menyatakan asal suatu benda, sedangkan 'daripada'
digunakan untuk menyatakan perbandingan. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
·
Mari kita cerna dengan baik semua usulan dari para peserta.
(benar)
·
Mari kita cerna dengan baik semua usulan daripada para peserta.
(salah)
·
Rumah itu lebih besar daripada yang aku bayangkan. (benar)
·
Rumah itu lebih besar dari yang aku bayangkan. (salah)
·
Banyak mendengar lebih baik daripada banyak bicara. (benar)
·
Banyak mendengar lebih baik dari banyak bicara. (salah)
Penulisan Kata
'di' dan 'ke'
Perhatikan penulisan kata di berikut ini!
1. Buku saya dibawa oleh Andi.
2. Barang-barang ini tidak dijual di toko.
Penjelasan:
1. Kata dibawa pada kalimat nomor 1 ditulis serangkai karena di merupakan imbuhan.
2. Kata di toko pada kalimat nomor 2 ditulis terpisah karena di merupakan kata depan.
1. Buku saya dibawa oleh Andi.
2. Barang-barang ini tidak dijual di toko.
Penjelasan:
1. Kata dibawa pada kalimat nomor 1 ditulis serangkai karena di merupakan imbuhan.
2. Kata di toko pada kalimat nomor 2 ditulis terpisah karena di merupakan kata depan.
Kata di merupakan kata depan apabila ia
menyatakan tempat, dan di
merupakan imbuhan apabila ia menyatakan pekerjaan.
Kata ke juga ditulis terpisah apabila ia
berfungsi sebagai kata depan (yang menyatakan arah tempat), dan ditulis
serangkai apabila sebagai imbuhan (tidak menyatakan arah tempat). Perhatikan
contoh berikut ini.
1. Orang desa
beramai-ramai pergi ke kota .
2. Dia telah diangkat
menjadi ketua.
Klasifikasi Kata Berdasarkan Bentuk Kata
Dari
segi bentuknya, kata dapat dibedakan atas empat macam, yaitu (1) Kata
Dasar (2) Kata Turunan (3) Kata Ulang (4) Kata Majemuk
1. Kata Dasar
Kata
dasar adalah kata yang tidak berimbuhan atau yang belum diberikan awalan,
akhiran, sisipan, dan penggabungan awalan akhiran.
Kata-kata
seperti baik, getar, kerja, sakit, gunung disebut sebagai kata dasar
karena kata-kata itu tidak berimbuhan atau belum diberi imbuhan. Jika katakata
itu diberi imbuhan, hasilnya antara lain terbaik, getaran, pekerja,
kesakitan,dan pegunungan. Jika sudah mengalami penambahan atau
pengimbuhan,kata tersebut sudah dikategorikan ke dalam kata turunan.
2. Kata
Turunan
Sebuah
kata dapat menyampaikan beberapa pengertian melalui bentukan-bentukannya. Dari
satu kata pula, kita dapat membuat atau mengembangkannya menjadi beberapa kata
turunan. Dari kata turunan tersebut, kita dapat mengungkapkan satu bahkan
beberapa ide/perasaan. Pemekaran kata dengan memberi imbuhan itu pun akan
membuat katakata tersebut mengalami perubahan jenis atau kelas katanya. Coba
Anda amati kata satu termasuk kata bilangan/numeralia yang berarti
“bilangan asli pertama”. Kata satu diberi awalan ber- menjadi
bersatu. Kata tersebut mengalami perubahan arti, meskipun masih memiliki arti
dasar yang tetap,yaitu “satu”, bersatu artinya berkumpul atau bergabung menjadi
satu. Kata bersatu bukan merupakan kelas kata bilangan lagi, tetapi
termasuk kelas kata kerja.
Bagaimana pengimbuhannya?
Anda telah melihat bahwa dari satu kata
(misalnya satu) dapat kita bentuk belasan kata turunannya. Bentuk
berimbuhan tersebut menunjukkan pertalian yang teratur antara bentuk dan
maknanya. Hal ini dapat berlaku pula pada kata-kata yang lainnya. Perhatikan
tabel berikut dengan cermat.
Kata
Asal
Verba
|
Pelaku
|
Proses
|
Hal/Tempat
|
Perbuatan
|
Hasil
|
Asuh
|
pengasuh
|
pengasuhan
|
-
|
mengasuh
|
asuhan
|
baca
|
pembaca
|
pembacaan
|
-
|
membaca
|
bacaan
|
Bangun
|
pembangun
|
pembangunan
|
-
|
membangun
|
bangunan
|
Buat
|
pembuat
|
pembuatan
|
perbuatan
|
membuat
|
buatan
|
Cetak
|
pencetak
|
Pencetakan
|
percetakan
|
mencetak
|
cetakan
|
Edar
|
pengedar
|
pengedaran
|
pengedaran
|
mengedar
|
edaran
|
Potong
|
pemotong
|
pemotongan
|
perpotongan
|
Memotong
|
potongan
|
Sapu
|
penyapu
|
Penyapuan
|
persapuan
|
menyapu
|
sapuan
|
Tulis
|
penulis
|
penulisan
|
-
|
menulis
|
tulisan
|
Ukir
|
pengukir
|
pengukiran
|
-
|
mengukir
|
ukiran
|
impor
|
pengimpor
|
pengimporan
|
-
|
mengimpor
|
imporan
|
F. Pemakaian
Kata , Frasa, dan Kalimat yang Kurang Tepat
Dalam kegiatan berkomunikasi baik secara
lisan maupun tulisan,adakalanya pemakai bahasa tidak cermat memilih kata yang
dituangkannya di dalam kalimat. Akibatnya, kalimat yang diungkapkan tidak tepat
atau tidak sesuai dengan kaidah yang benar. Kesalahan itu
dapat terjadi pada penggunaan bentuk kata (proses morfologi), pemakaian
kelompok kata (frasa), pemilihan ungkapan, atau keefektifan kalimat. Dalam
bentuk lisan, kesalahan itu terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut.
1. Kesalahan penggunaan imbuhan (bentuk kata).
Contoh :
a. Pintu
masuk SMK 3 akan diperlebarkan. (salah) Pintu masuk SMK 3 akan dilebarkan
atau Pintu masuk SMK 3 akan diperlebar.
(benar)
b. Jangan
dibiasakan mengenyampingkan masalah itu. (salah) Jangan dibiasakan mengesampingkan
masalah itu. (benar)
c. Rudi
sedang mencat pagar rumahnya. (salah) Rudi sedang mengecat pagar
rumahnya. (benar)
2. Ketidaktepatan pemakaian frasa (kelompok
kata).
Contoh :
a. Untuk sementara
waktu, siswa tidak bisa praktik karena ruangan
sedang direnovasi. (salah) Untuk sementara siswa tidak bisa praktik
karena ruangan sedang direnovasi. (benar)
b. Bus
Parahiyangan sudah dinyatakan laik darat. (salah) Bus Parahiyangan sudah
dinyatakan laik jalan. (benar)
3. Kesalahan kalimat
a. Di dalam darah orang itu mengandung virus HIV. (salah)
Darah orang itu mengandung virus HIV. (benar)
b. Untuk peningkatan mutu pendidikan dari
sekolah swasta dimana memerlukan ketekunan dan keuletan para pamong.
(salah) Untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah swasta diperlukan ketekunan
dan keuletan para pamongnya. (benar)
Kesalahan juga
banyak terjadi akibat penggunaan bentukan kata atau frasa yang baru yang tidak
lazim atau tidak benar secara kaidah bahasa. Ketidaktepatan bentukan kata atau
frasa juga dapat disebabkan kesalahan secara analogi atau paradigma.
Perhatikanlah contoh di bawah ini.
a. pertanggungan jawab dalam kalimat
“Laporan pertanggungan jawab gubernur telah diterima sebagian besar anggota
dewan.” (tidak tepat secara kaidah/tidak lazim) seharusnya pertanggungjawaban.
b. goreng pisang dalam kalimat “Ia membeli
goreng pisang untuk adiknya.” (tidak tepat secara kaidah/tidak lazim )
seharusnya pisang goreng.
c. pengangguran dalam kalimat “Ia menjadi
pengangguran setelah perusahaannya bangkrut.” (salah secara analogi) seharusnya
penganggur dari kata menganggur (verba)-penganggur (nomina)-pengangguran
(nomina proses)
d. ruang rokok untuk ruang khusus merokok
(tidak lazim) meskipun dianalogikan kepada ruang tunggu untuk ruang
khusus menunggu.
e. Bentuk kata pemelajaran, tidak tepat
secara analogi, sebab kata tersebut berasal dari kata belajar yang
diberi imbuhan pe-an, seperti kata berhenti menjadi pemberhentian.
f. Kata penglepasan, pada kalimat “ Penglepasan
siswa kelas XII dimeriahkan dengan kegiatan pentas seni dari siswa-siswi.” Tidak tepat secara analogi, sebab kata dasarnya lepas, jika diberi imbuhan pe-an, menjadi pelepasan.
Untuk membuat
kalimat yang cermat, kita harus memahami ciri kalimat efektif. Kalimat yang
baik atau efektif mempunyai ciri-ciri seperti berikut.
a. Kepadanan
− Memiliki S dan P dengan
jelas. (di depan S tidak boleh ada kata depan dan di depan P tidak boleh ada
kata penghubung yang)
Contoh:
(1) Semua mahasiswa
perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (benar)
(2) Bagi semua
mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (salah)
− Tidak terdapat S ganda.
Contoh:
(1) Dia pulang setelah dia membeli berbagai
kebutuhan. (salah)
(2) Dia pulang setelah membeli berbagai
kebutuhan. (benar)
− Kata penghubung intra kalimat tidak dipakai dalam kalimat tunggal.
Contoh:
(1) Kami datang agak
terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. (salah)
(2) Kami datang agak
terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. (benar)
b. Keparalelan
Persamaan bentuk
kata digunakan dalam kalimat yang mengandung rincian.
Contoh:
(1) Harga minyak dibekukan dan
dinaikkan secara bertahap (benar)
(2) Harga minyak dibekukan atau
kenaikan secara bertahap.
c. Kehematan
Kehematan
menggunakan kata atau frasa
− Menghindarkan penjamakan bentuk jamak
Contoh:
(1) Para tamu-tamu
mencicipi hidangan yang disediakan. (salah)
(2) Para tamu
mencicipi hidangan yang disediakan. (benar)
− Penggunaan kata-kata yang berlebihan.
Contoh:
(1) Ia memakai baju
warna merah. (salah)
(2) Ia memakai baju
merah. (benar)
d. Kepaduan (tegas dan lugas)
− Hindarkan kalimat bertele-tele.
Contoh:
(1) Kita harus dapat mengembalikan kepada
kepribadian kita,orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa
kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak ke luar dari kepribadian
manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab. (salah)
(2) Kita harus dapat mengembalikan kepribadian
kita yang sudah ke luar dari rasa kemanusiaan dan dari kepribadian manusia Indonesia yang adil dan
beradab.
e. Kecermatan
Kecermatan pemakaian
kata, penulisan kata, penggunaan tanda baca.
Contoh : Dua puluh lima ribuan.
Bisa diartikan dua
puluh lima lemar uang ribuan (Rp 25.000,-) Atau Dua puluh lembar uang, lima
ribuan.
A.
Memahami Kata Ulang
Kata Ulang adalah
kata yang mempunyai
bentuk dasar yang diulang.
Contoh: a. Kedua
sahabat itu selalu tolong -menolong.
b. Murid-murid
masuk dua-dua ke dalam
kelas.
c. Orang
itu mondar-mandir sejak tadi.
Makna kata ulang yang
digaris bahwah tidak selalu bermakna sama tetapi tergantung dari bentuk
pengulang dan kalimatnya.
Makna
kata ulang diantaranya sebagai berikut:
a. Banyak tak
tentu .
Contoh : Kuda – kuda itu berkejar –kejaran
Buku-buku itu
telah kusimpan dalam lemari
b. Bermacam-macam.
Contoh: Pohon-pohonan , tanam-tanamn
c. Menyerupai
Contoh: Anak-anakan, kuda-kuda
d. Agak
Contoh: Kemerah-merahan, pusing-pusing.
e. Intensitas.
Contoh:
Kuat-kuat
{kualitatif},rumah-rumah
[kuantitatif]
f. Mondar-mandir [frekuentatif] Saling atau
berbalasan
Contoh: berpukul-pukulan, bersalam-salaman
g. Kolektif atau himpunan
(kumpulan)
Contoh: dua-dua,lima-lima
Semua
kata ulang tersebut memiliki bentuk yang tidak sama.
B. Fungsi kata ulang
1.
Menyatakan banyak: rumah-rumah, pemuda-pemuda, makanan-makanan.
2. Menyatakan seperti; kuda-kudaan, anak-anakan, mobil-mobilan.
3. Menyatakan
berulang-ulang: menggaruk-nggaruk, memukul-mukul.
4. Menyatakan
saling: tikam-menikan, pukul-memukul, tukar-menukar.
5. Menyatakan
sangat; kuat-kuat, erat-erat, sekeras-kerasnya.
6. Menyatakan
agak: kekuning-kuningan, kemerah-merahan.
7.
Menyatakan meskipun:
mentah-mentah, panas-panas.
C. Konsep Makna Perulangan
a. Meyatakan banyak tak tentu ( indefinitif) :
Contoh:
buku-buku,gunung-gunung,gagasan-gagasan,dan sebagainya.
b. Menyatakan
banyak dan bermacam-macam :
Contoh:
bebuahan,pepohonan,sayur-mayur,lauk-pauk,dan sebagainya.
c. Menyatakan
intensitas frekuentatif :
Contoh:
memukul-mukul,menarik-narik,berteriak-teriak,dan sebagainya.
d. Menyatakan
intensitas kualitatif :
Contoh: sungguh-sungguh,benar-benar,dan
sebagainya.
D. Membentuk Kata Ulang
Pembentukan kata ulang dapat dilakukan dengan menggunakan dasar yang
bermacam-macam.
a. Kata
benda : anak-anak, batu-batuan,
sayur-mayur, dsb.
b. Kata kerja : mendorong-dorong,
bergandeng-gandengan,balas-membalas, dsb.
c. Kata sifat : ramah-ramah, membesar-besarkan,
kehitam-hitaman, dsb.
d. Kata
bilangan : satu-satu, kedua-duanya,
bertiga-tiga, dsb.
e. Kata ganti : kami-kami,
mereka-mereka, kita-kita, dsb.
E. Bentuk-Bentuk Kata Ulang
1. Kata ulang utuh (murni = sempurna =sejati) :
Contoh: anak-anak,
gagasan-gagasan, perkebunan-perkebunan, kemampuan-kemampuan,
sopan-sopan,mandi-mandi,makan-makan, dsb.
2. Kata ulang sebagian :
Contoh: berjalan-jalan, menimbang-nimbang, tertawa-tawa,
bersalam-salaman, kedua-duanya, dsb.
3. Kata ulang berimbuhan
:
Contoh: tembak-menembak,dorong-mendorong,gigi-gerigi,gunung-gemunung, anak- anakan, kuda-kudaan,dan sebagainya.
4. Kata
ulang dwipurwa :
Contoh: sesama, tetangga, tetumbuhan, pepohonan,
rerumputan,dan sebagainya.
5. Kata ulang berubah
bunyi :
Contoh:
mondar-mandir,sayur-mayur,corat-coret,segar-bugar,dan sebagainya.
6. Kata ulang semu :
Contoh;
laba-laba,agar-agar,kura-kura,hati-hati,kupu-kupu, dsb.
F. Jenis-jenis Kata Ulang
a. Kata ulang kata benda :
Contoh: batu-batu,
batu-batuan, bebatuan, kebutuhan-kebutuhan, pegunungan-pegunungan, sayur-mayur,
lauk-pauk,gagasan-gagasan,dsb.
b. Kata
ulang kata kerja :
Contoh: minum-minum,berjalan-jalan, memburu-buru,
mondar-mandir, bersalam-salaman, membanding- bandingkan,dsb.
c. Kata ulang kata sifat :
Contoh:
cantik-cantik,indah-indah,compang-camping,rajin-rajin,dan sebagainya.
d. Kata ulang kata
ganti :
Contoh: kami-kami,mereka-mereka,kita-kita,aku-aku, dsb.
e. Kata
ulang kata bilangan :
Contoh:
satu-satu,dua-dua,sepuluh-sepuluh,dsb.
f. Kata ulang kata keterangan:
Contoh:
sungguh-sungguh,benar-benar,tergesa-gesa,dan sebagainya.
A. Pengertian.
Kata
serapan adalah kata atau istilah yang diambil dari bahasa daerah atau bahasa
asing, baik berupa bentuk dasar maupun bentuk turunan.
Untuk melengkapi atau memperkaya perbendaharaan kosa kata, bahasa
Indonesia, diperkaya juga kosa kata dari bahasa asing. Ada beberapa cara menyerap bahasa asing yang lzim
ditempuh yaitu:
1. Adopsi
Jika
pemakaian bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing itu sama atau secara
keseluruhan, baik tulisan maupun maknanya.
Misalnya: Plaza : pusat prtokoan
Amputasi :
pemotongan anggota tubuh
2. Adaptasi
Jika pemakain hanya mengambil
makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau cara penulisannya disesuaikan dengan
ejaan bahasa Indonesia . Misalnya : maksimal, kado (maximal dari bahasa
belanda dan cadeu dari bahasa prancis), dan sebagainya.
3.
Terjemahan
Jika
pemakaian bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu,
kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam bahasa Indonesia.
Misalnya: tumpang tindih, proyek rintisan, ujicoba (dari bahasa inggris
overlap, pilotproject,dan try out)
4. Kreasi
pada umumnya mirip dengan
cara terjemahan, namun cara kreasi itu tidak menurut bentuk fisik yang mirip
seperti pada terjemahan.
Misalnya: berhasil guna = effective,
ulang alik = shuttle, suku cadang = spareparts.
B. Pertimbangan
yang harus diperhatikan saat pengambilan kata serapan.
1. Istilah serapan yang
dipilih lebih cocok karena konotasinya.
2. lebih
singkat jika dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya.
3. Dapat
mempermudah tercapainya kesepakatan, jika istilah Indonesia terlalu banyak sinonimnya.
C. Kata sifat serapan bersufiks –I
(wi), -lah, -is, ik, al.
Kata sifat atau adjektiva atau kata
keadaan adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang,
benda, atau binatang dan yang mempunyai cirri sebagai berikut:
1. Dapat diberi keterangan pembanding : lebih, kurang dan paling
2. Dapat
diberi keterangan penguat: sangat, amat, benar, sekali dan terlalu.
3. dapat
diingkari dengan kata ingkar tidak
4.
dapat diulang dengan
prefiks se-nya.
5. pada
kata-kata tertentu dapat berakhiran: -er, -I, -(wi), -iah, -if, al, ik, dan
sebagainya.
IMBUHAN
ASING
Dalam
pertumbuhan bahasa Indonesia, banyak imbuhan baru atau serapan dari bahasa
daerah, terutama dari bahasa-bahasa asing. Imbuhan-imbuhan tersebut sangat
produktif, lebih banyak tampil dalam surat kabar-surat kabar atau karya ilmiah.
Macam-macam Imbuhan Asing dan maknanya
A. Imbuhan
asing dari bahasa Daerah
(1) Awalan tak = tidak
Contoh: tak sadar, tak
aktif, tak sosial,dsb.
(2) Awalan serba =
seluruhnya/semuanya
Contoh: serba merah, serba susah,dsb.
(3) Awalan tuna =
kehilangan sesuatu, ketiadaan, cacad.
Contoh: tuna karya, tuna
wisma, tuna susila, dsb.
(4) Awalan antar = sekitar (dari inter)
Contoh: antar pulau, antar kota, antar daerah, antar
bangsa, dsb.
B. Imbuhan asing dari bahasa Sanskerta
1. Bentuk awalan sebagai berikut:
Awalan maha = sangat/besar, pra = sebelum (= pre), swa = sendiri, dan dwi = dua, dsb.,
merupakan contoh awalan dari bahasa Sanskerta.
Contoh: (a) Para mahasiswa sedang
melakukan penelitian di Gunung Merapi.
(b) Zaman prasejarah manusia
belum mengenal tulisan.
(c) Pembanguan pertanian bertujuan menciptakan swasembada
pangan.
(d) Kita harus terus menjaga agar dwiwarna
selalu berkibar di bumi nusantara.
Selain itu dijumpai pula
kata-kata bilangan lain: eka darma, trimurti, caturkarya, pancasila,
dsb.
2. Bentuk akhiran dari bahasa Asing
a.
Akhiran –wan, -man, -wati
Akhiran –wan, -man, -wati berasal dari bahasa
Sansekerta. Akhiran tersebut menunjukkan jenis kelamin. Akhiran –wan, dan –man menyatakan
jenis kelamin laki-laki,
sedangkan –wati menunjukkan jenis kelamin wanita. Akhiran tersebut
membentuk kata benda.
Makna
akhiran –wan, -man, dan –wait adalah
sebagai berikut:
1.
Menyatakan orang yang ahli
Misalnya : ilmuwan, rohaniwan,
dan
budayawan, sastrawan,
dsb.
2. Menyatakan
orang yang mata pencahariannya dalam bidang tertentu
Misalnya
: karyawan, wartawan, dan industriwan
3. Orang
yang memiliki sifat khusus
Misalnya : hartawan dan dermawan
4. Menyatakan
jenis kelamin
b.
Akhiran –i, -wi, -iah, berfungsi
membentuk kata sifat berasal dari Arab. Terdapat juga akhiran –in, dan –at yang
berfungsi membentuk kata benda.
Perhatikan contoh-contoh berikut:
1. alami, badani,
insani, hewani, artinya menyatakan ‘bersifat ….’
2. duniawi, manusiawi,
dan surgawi, artinya menyatakan ‘bersifat….’
3. jasmaniah,
ilmiah, harfiah, rohaniah, artinya
‘mempunyai sifat….’
4. Muslimin,
mukminin, hadirin, dan muktamirin merupakan penunjuk jamak tak tentu pria dan wanita.
5.
muslimat, mukminat, mualimat, dan
sebagainya merupakan bentuk penunjuk jamak untuk wanita.
c.
Akhiran –er, -al, -ik, -if, -is, -isme,
-isasi, -logi, dan –or. Imbuhan asing tersebut berasal dari
bahasa Barat.
Perhatikan
contoh-contoh berikut:
1. Tuti bekerja sebagai tenaga honorer di Bank Mandiri (bersifat honor)
2. Secara materiil, Tini tidak sebanding
dengan Tuti (bersifat materi)
3. Cerita Hang Tuah termasuk cerita yang heroik
(bersifat hero atau kisah kepahlawanan)
4.
Kalau berbicara itu harus obyektif (berdasarkan
objek)
5. Indonesia
menolak anggapan Australia
bahwa Indonesia
tidak selektif dalam mengimpor barang. (berdasarkan seleksi)
6. Kolonialis
Belanda menjajah Indonesia selama
350 tahun. (bersifat koloni)
7. Kita
harus memiliki semangat nasionalisme. (bersifat nasional atau
kebangsaan)
8. Sudah
lima tahun Budi Harsono memimpin organisasi sosial. (hal yang bersangkut
paut dengan)
9. Bu
Ida mengajar biologi di sekolah kami. (ilmu/pengetahuan
tentang)
A. Pengertian Kontruksi
Idiomatik
Kontruksi
Idiomatik adalah Gabungan kata atau lebih yang sifatnya realisasinnya tetap.
Artinnya unsure-unsur gabungan yang membentuk gabungan itu tidak dapat diganti
dengan unsur-unsur yang lain.
B. Unsur-unsur Kontruksi Idiomatik
1.
Unsurnya
terdiri atas kata kerja atau kata sifat dan kata depan (preposisi). Yang
termasuk kontruksi idiomatic tipe ini antara lain :
|
|
berbicara tentang
berbicara mengenai
sesuai dengan
berunding dengan berguna bagi
bertentangan dengan
2.
kontruksi ini lazim
disebut dengan ungkapan atau Idiom yang selalu menimbulkan konsep pengertian
yang baru, adapun unsur-unsur pembentuknya antara lain:
a. Sebelumnya perlu diketahui bahwa (bd = benda, sf = sifat, bil = bilangan)
misalnya:
bd + bd Kaki
tangan, buah tangan
bd + sf meja hijau, kuda hitam
sf + bd ringan
tangan, lemah iman
bd + kj hati berbunga, bintang berasap
kj
+ bd menutup
mata, membanting tulang
kj + sf
membabi
buta, menganggap enteng
bd +
kj + bil ular
berkepala dua, hatinya bercabang dua
kj +
frase keterangan berpindah dari
dunia fana, merantau ke sudut dapur
kj+bd+ frase keterangan menaruh beras dalam padi, mebnarik pangkur
kedada
b. Selain dilihat dari kontruksinya idiom juga
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu;
1)
idiom penuh adalah idiom yang yang pemaknaannya sama sekali
tidak dapat diturunkan dari unsur-unsur yang membentuk idiom itu.
2)
Idiom
sebagian adalah idiom yang yang pemaknaannya masih tetap bertahan pada makna salah satu unsur pembentuknya.
Perhatikan contoh berikut;
Idiom Penuh
Berlepas tangan tidak ikut bertanggung jawab
Menghapus bibir kecewa
Di luar garis tidak
menurut aturan yang berlaku
Idiom Sebagian
mencari
silang mencari
perselisihan atau pertengkaran
Koran kuning yang
bemberitakan hal-hal yang sensasional
Frase adalah unsur
klausa atau satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi. Dari batasan tersebut frase mempunyai dua sifat :
1.
Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau
lebih
2.
Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsure
klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsure klausa, yaitu S, P,
O, Pel, atau Keterangan
Contoh: Kamar hotel itu , Yang sedang berjalan ,
Baju baru anak itu
Beberapa jenis frasa:
1. Frasa Adverbial
"Adverbial" berasal
dari 'Adverb', yaitu kata keterangan. Adverb dan Adjektiv memiliki kesamaan.
jika ditinjau dari segi filsafat bahasa, kedua kata ini diawali oleh kata 'Ad'
yang memungkinkan adanya arti "Add" atau 'Penambahan'. Jika Adjective
menambahkan kejelasan arti pada benda-benda, maka Adverb menambahkan kejelasan
terhadap kata kerja. misalnya She is Beautiful; beautiful adalah adjective yang
menambahkan kejelasan makna She. sedangkan She runs slowly; slowly merupakan
adverb yang menjelaskan atau menambah kejelasan makna Runs, bukan she. meskipun
yang runs adalah she,namun Adverb menjelaskan kata kerja, bukan she sebagai
kata benda. tambahan '-ial' menjadi Adverbial adalah menambah kejelasan sifat
suatu kata, frase atau klausa, maksud saya adalah seperti contoj ini "she
runs slowly"; kalimat ini bersifat adverbial.
2. Frasa Adjektiva
Adjektiva (bahasa Latin: adjectivum) atau kata sifat adalah kelas kata
yang mengubah nomina (kata benda) atau pronomina, biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik.
Adjektiva dapat menerangkan kuantitas, kecukupan, urutan,
kualitas, maupun penekanan suatu kata. Contoh kata sifat antara lain adalah keras, jauh, dan kaya.
3. Frasa Endosentris
Frasa Endosentris, kedudukan
frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa
yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur
pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki
unsur pusat.
Contoh:
Sejumlah mahasiswa di teras
(S) (P).
Kalimat tersebut tidak bisa jika
hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena kata mahasiswa adalah unsur pusat dari
subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah frasa
endosentris.
Frase Endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama
dengan unsurnya baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya.
Contoh
kalimat:: dua orang mahasiswa adalah
frase endosentris
Frase Endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga
golongan,yaitu;
1.
Frase Endosentrik yang koordinatif adalah frase yang terdiri dari
unsur-unsur yang setara.
Misalnya: suami istri
Belajar
atau bekerja (kesetaraannya bisa dihubungkan dengan kata penghubung dan, atau.
2.
Frase Endosentrik yang atributif adalah frase yang terdiri dari
unsur-unsur yang tidak setara.
Misalnya: pembangunan lima tahun
Pekaranagan
luas
Pembangunan,
Pekaranagan,dan malam adalah unsure pusat (UP)
lima tahun, luas,dan ini adalah atribut (atr)
3.
Frase Endosentrik yang apositif
Misalnya: ahmad, anak pak sastro
Yogja,
kota pelajar
Susilo Bambang Yudoyono, presiden RI
Frasa endosentris
sendiri masih dibagi menjadi tiga.
1. Frasa
Endosentris Koordinatif
yaitu frasa endosentris yang
semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang berbeda diantara
unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.
Contoh:
1.
rumah pekarangan
2. suami istri dua tiga (hari)
3.
ayah ibu
4.
pembinaan dan pembangunan
5.
pembangunan dan pembaharuan
6.
belajar atau bekerja.
2. Frasa Endosentris Atributif
yaitu frasa endosentris yang disamping mempunyai unsur pusat juga
mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan
unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang
bersangkutan.
Contoh:
1.
pembangunan lima
tahun
2.
sekolah Inpres
3.
buku baru
4.
orang itu
5.
malam ini
6.
sedang belajar
7.
sangat bahagia.
Kata-kata yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atasseperti
adalah unsur pusat, sedangkan kata-kata yang tidak dicetak miring adalah
atributnya.
3. Frasa Endosentris Apositif
yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat
dan mengacu pada hal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi bagi
unsur pusat yang lain.
Contoh:
Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar.
Ahmad, ... sedang belajar.
... anak Pak Sastro sedang belajar.
Unsur ‘Ahmad’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak Sastro’
merupakan aposisi. Contoh lain:
1.
Yogya, kota
pelajar
2.
Indonesia , tanah airku
3.
Bapak SBY, Presiden
RI
4.
Mamad, temanku.
Frasa yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke
dalalm frasa endosentris koordinatif, atributif, dan apositif, karena dasar
pemilahan ketiganya adalah hubungan gramatik antara unsur yang satu dengan
unsur yang lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa
endosentris apositif. Jika diberi atribut, menjadi frasa endosentris atributif.
Jika diberi unsur frasa yang kedudukannya sama, menjadi
frasa endosentris koordinatif
4. Frasa
Ekosentris
Frasa Eksosentris, adalah
frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini tidak
mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak
mempunyai UP.
Contoh: Sejumlah
mahasiswa di teras.
5. Frasa Nominal
`Nominal adalah lawan dari
verbal. jika verbal adalah kalimat yang berpredikat "Kata Kerja" maka
kalimat nominal berpredikat kata benda atau kata sifat. untuk membentuk kalimat
nominal, maka unsur kalimat harus memenuhi Subjek, To Be dan komplemen.
misalnya "I am Tired", I=subjek, am=To Be I dan Tired=Adjective
(Passive voice verb). ini adalah contoh kalimat nominal. arti lain dari nominal
adalah rangkaian angka yang menunjukkan jumlah tertentu, kemudian adapula arti
nominal sebagai kualifikasi (nominasi).
6. Frasa Parataktis
frasa koordinatif yang tidak mempergunakan penghubung
7. Frasa Preposisional.
Adjektiva dapat bergabung dengan preposisi
dan membentuk frasa preposisional, seperti tampak pada kalimat berikut.
(1) Jelaskan secara singkat pembagian
kasus di dalam bahasa Jerman!
(2) Nindita membaca petunjuk pemakaian
obat itu dengan cermat.
Frasa secara
singkat (1) dan dengan cermat (2) tersebut merupakan frasa
preposisional karena frasa itu ditandai oleh
preposisi secara dan dengan. Frasa preposisional ini terdiri atas
preposisi dan komplemen. Yang menjadi komplemen frasa pada contoh tersebut adalah adjektiva singkat
dan cermat. Dengan demikian, adjektiva yang bersifat atributif hanya
dapat mewatasi inti yang berupa nomina, sedangkan jika adjektiva menjadi
komplemen suatu frasa, frasa itu sebagain besar berupa frasa preposisional.
8. Frasa Verbal
Frasa Verbal, frasa yang UP-nya
berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa verba
biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat
(dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba
keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki
fungsi predikat.
Contoh:
Dia berlari.
Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis
dapat diberi kata ‘sedang’ yang menunjukkan verba aktif.
Frase Eksosentrik
Frase Endosentrik digolongkan menjadi 5
golongan:
1. Frase Nominal adalah frase yang memiliki
distribusi yang sama dengan kata nominal.
Contoh: baju
baru
Mahasiswa baru
Kapal terbang itu
2. Frase Verbal adalah frase yang memiliki
distribusi yang sama dengan kata verbal.
Contoh: akan pergi
Sudah datang
Makan dan minum
3. Frase bilangan adalah frase yang memiliki
distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Contoh: tiga
dara
Lima baju
Tiga kilogram
4. Frase keterangan adalah frase yang memiliki
distribusi yang sama dengan kata keterangan.
Contoh: kemarin
pagi
Tadi pagi
Sekarang ini
5. Frase depan adalah frase yang memiliki
distribusi yang sama dengan kata depan.
Contoh: ke
Jakarta
Dari desa
Kepada teman sejawat
Dalam buku lain juga dijelaskan;
a. Penertian Frasa
Frasa atau kelompok kata adalah Satuan gramatikal tang terdiri
dari dua kata atau lebih,tetapi tidak melampaui batas fungsi kalimat
(subjek,predikat, obyek atau keterangan).
Contoh: Ketika jalan
menanjak,sopir bus tidak bias menguasai kemudi.
Penjelasan contoh:
Kalimat tersebut disusun atas frasa:
jalan menanjak menduduki keterangan,
sopir bus menduduki subjek dan frasa
tidak
bisa menguasai sebagai predikat.
Penjelasan contoh berdasarkan kata ber imbuhan:
Frasa jalan menanjak dibentuk dari unsur kata dasar jalan dan
unsure kata berimbuhan menanjak
Kata menanjak dibentuk
dari imbuhan me – dan kata dasar tanjak. Dengan demikian,frasa jalan
menanjak disebut frasa atribut berimbuhan,karena unsure atributnya berupa
kata berimbuhan.
b. Berdasarkan dari Imbuhan yang melekat pada
unsure penjelas atau atribut, frasa dikelompokkan sebagai berikut:
1.
Frasa kerja adalah frasa yang atributnya kata kerja berimbuhan.
Contoh: a. jalan menurun b. tangga berjalan
2.
Frasa nominal adalah
frasa yang atributnya kata benda berimbuhan.
Contoh: a. karet penghapus b.
daerah perkampungan
3.
Frasa adjektiva adalah
frasa yang atributnya kata sifat berimbuhan.
Contoh:
a. orang terpelajar b.
tamu terhormat
4.
Frasa numeralia adalah frasa yang atributnya kata bilangan
berimbuhan.
Contoh: a. tangan kedua
b. juara
ketiga
5.
Frasa keterangan adalah
frasa yang atributnya kata keterangan berimbuhan.
Contoh:
a. warga setempat b. daerah pinggiran
Sumber: Pusat Bahasa
Definisi
( Pengertian ) Klausa
Arti Klausa adalah satuan gramatik yang
terdiri atas S–P baik disertai O, PEL, dan KET maupun tidak. Dengan ringkas,
klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak
dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada.
Contoh:
Ketika orang-orang mulai menyukai ayam
bekisar, Edwin sudah memelihara untuk dijual di pasaran.
Kalimat
di atas terdiri dari empat klausa, yaitu:
1. (ketika) orang-orang mulai (S–P);
2. menyukai ayam bekisar (P–O);
3. Edwin sudah memelihara (S–P); dan
4. untuk dijual di pasaran (P–Ket.).
I. Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa
Perhatikan kalimat di bawah ini!
Dimas
belum sempat mengunjungi kakeknya kemarin.
Klausa
kalimat tersebut jika dianalisis secara fungsional, hasilnya sebagai berikut.
Dimas
|
Belum sempat mengunjungi
|
kakeknya
|
kemarin
|
S
|
P
|
O1
|
KET
|
N
|
V
|
N
|
Ket
|
Dimas
|
Belum sempat mengunjungi
|
kakeknya
|
kemarin
|
Frasa
|
P
|
O1
|
KET
|
Kata
|
V
|
N
|
ADV
|
Keterangan:
N = Nomina (kata benda)
V = Verba (kata kerja)
ADV = Adverbia (kata keterangan)
II. Klausa Berdasarkan Struktur
Klausa dapat digolongkan berdasarkan tiga
dasar.
1. Klausa Berdasarkan Struktur Intern
Unsur inti klausa ialah S dan P. Namun demikian,
S sering kali dihilangkan dalam kalimat luas sebagai akibat penggabungan klausa
dan dalam kalimat jawaban. Klausa yang terdiri atas S dan P disebut klausa
lengkap, sedangkan klausa yang tidak ber-S disebut klausa tidak lengkap.
Contoh:
- Din tidak masuk sekolah karena din sakit.
Subjek din dalam anak kalimat dapat
dihilangkan akibat penggabungan klausa din tidak masuk sekolah dan din sakit.
- Sedang bermain-main.
Sebagai
jawaban pertanyaan Anak-anak itu sedang apa? Klausa dibagi menjadi dua macam,
yaitu klausa lengkap dan klausa tidak lengkap. Klausa lengkap, berdasarkan
struktur internnya, dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu klausa lengkap
yang S-nya terletak di depan P, dan klausa lengkap yang S-nya terletak di
belakang P. Klausa yang S-nya terletak di depan P disebut klausa lengkap susun
biasa. Klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang P disebut klausa lengkap
susun balik atau klausa inversi.
Contoh:
Klausa
lengkap susun biasa
S
|
P
|
Ket
|
|
a
|
Daun
pohon itu
|
Sangat
rimbun
|
-
|
b
|
masuklah
|
Ke
ruang kelas
|
Klausa
lengkap susun balik
P
|
S
|
Ket
|
|
c
|
Sangat
rimbun
|
Daun
pohon itu
|
-
|
d
|
masuklah
|
Ke
ruang kelas
|
Klausa tidak lengkap sudah tentu hanya
terdiri atas unsur P, disertai O, PEL, atau KET.
Contoh:
e.
sedang bermain-main
f.
menulis surat
g.
telah berangkat ke Jakarta
Klausa e terdiri atas P, klausa f terdiri
atas P diikuti O, dan klausa g terdiri atas P diikuti KET.
2. Klausa Berdasarkan Ada Tidaknya Kata Negatif
yang secara Gramatik Menegatifkan P
a. Klausa Positif
Klausa positif ialah klausa yang tidak
memiliki kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P.
Contoh:
- Mereka diliputi oleh perasaan senang.
- Mertua itu sudah dianggap sebagai ibunya.
b. Klausa Negatif
Klausa
negatif ialah klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara gramatik
menegatifkan P. Kata-katanegatif itu ialah tiada, tak, bukan, belum, dan
jangan.
Contoh:
- Orang tuanya sudah tiada.
- Yang dicari bukan dia.
3. Penggolongan Klausa Berdasarkan Kategori
Kata atau Frasa yang Menduduki Fungsi P
P
mungkin terdiri atas kata atau frasa golongan N, V, Bil, dan FD. Berdasarkan
golongan atau kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat
digolongkan menjadi empat golongan.
a. Klausa
Nominal
Klausa nominal ialah klausa yang P-nya
terdiri atas kata atau frasa golongan N.
Contoh:
- Ia guru.
- Yang dibeli orang itu sepeda.
Kata
golongan N ialah kata-kata yang secara gramatik mempunyai perilaku sebagai
berikut.
- Pada tataran klausa dapat menduduki fungsi
S, P, dan O.
- Pada tataran frasa tidak dapat dinegatifkan
dengan kata tidak, melainkan dengan kata bukan, dapat diikuti kata itu sebagai
atributnya, dan dapat mengikuti kata depan di atau pada sebagai aksisnya.
b. Klausa Verbal
Klausa
verbal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan V.
Contoh:
- Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun.
- Dengan rajin, bapak guru memeriksa karangan
murid.
Kata
golongan V ialah kata yang pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi P dan
pada tataran frasa dapat dinegatifkan dengan kata tidak. Misalnya kata-kata
berdiri, gugup, menoleh, berhati-hati, membaca, tidur, dan kurus.
Berdasarkan
golongan kata verbal itu, klausa verbal dapat digolongkan sebagai berikut.
1) Klausa verbal adjektif
Klausa
ini P-nya terdiri atas kata golongan V yang termasuk golongan kata sifat atau
terdiri atas frasa golongan V yang unsur pusatnya berupa kata sifat.
Contoh:
- Udaranya panas sekali.
- Harga buku sangat mahal.
2) Klausa verbal intransitif
Klausa
ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja
intransitif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata
kerja intransitif.
Contoh:
- Burung-burung beterbangan di atas
permukaan air laut.
- Anak-anak sedang bermain-main di teras
belakang.
3) Klausa verbal aktif
Klausa
ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja transitif
atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja transitif.
Contoh:
-- Arifin menghirup kopinya.
-- Ahmad sedang membaca buku novel.
4) Klausa verbal pasif
Klausa
ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja pasif atau
terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja pasif.
Contoh:
--
Tepat di muka pintu, aku disambut oleh seorang petugas.
--
Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh MPR untuk jangka waktu lima tahun.
5) Klausa verbal yang refleksif
Klausa
ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja refleksif,
yaitu kata kerja yang menyatakan perbuatan yang mengenai pelaku perbuatan itu
sendiri. Pada umumnya kata kerja ini berbentuk kata kerja meN- diikuti kata
diri.
Contoh:
--
Anak-anak itu menyembunyikan diri.
--
Mereka sedang memanaskan diri.
6) Klausa verbal yang resiprokal
Klausa
ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja
resiprokal, yaitu kata kerja yang menyatakan kesalingan . Bentuknya ialah
(saling) meN-, saling ber-an dengan proses pengulangan atau tidak dan saling
meN-.
Contoh:
--
Pemuda dan gadis itu berpandang-pandangan.
-- Mereka
saling memukul.
c. Klausa
Bilangan
Klausa bilangan atau klausa numeral ialah
klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan bilangan.
Contoh: -
Roda truk itu ada enam.
- Kerbau petani itu
hanya dua ekor.
Kata
bilangan ialah kata-kata yang dapat diikuti oleh kata penyukat. rang, ekor,
batang, keping, buah, kodi, helai, dan masih banyak lagi. Misalnya kata satu,
dua, dan seterusnya; kedua, ketiga, dan seterusnya; beberapa, setiap, dan
sebagainya; sedangkan frasa bilangan ialah frasa yang mempunyai distribusi yang
sama dengan kata bilangan, misalnya dua ekor, tiga batang, lima buah, setiap
jengkal, beberapa butir, dan sebagainya.
4. Klausa Depan
Klausa
depan atau klausa preposisional ialah klausa yang Pnya terdiri atas frasa
depan, yaitu frasa yang diawali oleh kata depan sebagai penanda.
Contoh:
a. Kredit itu untuk para pengusaha lemah.
b. Pegawai itu ke kantor setiap hari.
Dalam kalimat tertentu, klausa memiliki dua
bagian, yakni klausa induk (induk kalimat) dan klausa subordinatif (anak
kalimat). Keberadaan klausa induk dan klausa anak ini mensyaratkan konstruksi
tataran sintaksis yang lebih besar.
Penggabungan klausa induk dan klausa anak
berarti klausa tersebut memasuki tahap struktur kalimat. Penghubungan antar
klausa ini mensyaratkan kehadiran konjungsi (kata sambung). Dilihat dari
perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dibagi menjadi empat kelompok,
yaitu
a.
konjungsi koordinatif (dan, serta, atau, tetapi,
. . .);
b.
konjungsi korelatif (baik . . . maupun . . .;
entah . . . entah . . .; tidak hanya . . ., tetapi juga . . .; . . .);
c.
konjungsi subordinatif (sejak, karena, setelah,
seperti, agar, dengan, . . . .); dan
d.
konjungsi antarkalimat (meskipun demikian begitu,
kemudian, oleh karena itu, bahkan, lagi pula, . . .).
Contoh:
a.
Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
b.
Entah disetujui entah tidak, dia tetap akan
mengusulkan gagasannya.
c.
Narto harus belajar giat agar naik kelas.
d.
Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tidak akan
menghalanginya.
e.
Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu,
kami tidak akan menghalanginya.
Konjungsi-konjungsi
itu dapat menghubungkan kata, frasa, ataupun klausa. Dalam hubungannya dengan
kata dan frasa, bentuk konjungsi bertindak sebagai preposisi. Dalam hubungannya
dengan klausa, bentuk konjungsi bertindak sebagai murni konjungsi. Dengan
demikian, kalimat frasa dan klausa pun dapat diidentifikasi.
Klausa
Ibu tidak berbelanja sebagai klausa induk dan klausa uangnya habis sebagai
klausa anak. Konjungsi karena sebagai konjungsi subordinatif-sebab yang
menghubungkan dua klausa atau lebih dengan status sintaksis tidak sama. Jadi,
ada klausa induk dan klausa anak.
Pengertian
Semantik yaitu ilmu yang mempelajari tentang arti kata. Hubungan makna antar kata dapat berwujud : sinonim, antonim, homonim,
homograf, homofon, polisemi, hiponim dan hipernim (superordinat).
1. Sinonim ialah
dua kata atau lebih yang memiliki makna sama atau hampir sama.
Contoh:
a. Yang
sama maknanya:
sudah - telah
sebab - karena
b. Yang
hampir sama maknanya
untuk - bagi - buat - guna
cinta - kasih - sayang
2. Antonim adalah
kata-kata yang berlawanan makna.
Contoh: besar
x kecil
ibu x bapak
3. Homonim ialah dua kata atau lebih yang ejaan dan lafalnya sama, tetapi maknanya
berbeda.
Contoh: buku
1 : buku kaki/tangan ' tulang sendi'
buku 2 : buku tulis
'kitab'
4. Homograf ialah suatu kata yang
mempunyai tulisan sama, berbeda arti dan berbeda pengucapan (bunyi)
Contoh: Seret saja pedati yang jalannya seret
itu.
5. Homofon adalah kata-kata yang ucapannya sama, tetapi
ejaan dan artinya berbeda.
Contoh: sangsi : tidak sangsi 'ragu-ragu,
bimbang'
sanksi
: tidak ada sanksinya ' tindakan, hukuman'
6.
Polisemi yaitu kata yan mempunyai arti lebih dari satu, dan
diantara arti-arti itu masih ada hubungannya.
Misalnya: - Kakinya patah karena jatuh dari pohon.
- Tak sedikit orang yang jatuh karena uang
- Ibu jatuh sakit.
- pertahanannya jatuh ketangan musuh
7. Hiponim dan Hipernim
Hiponim
adalah kata-kata yang tingkatnya ada di bawah
kata yang menjadi superordinat/ hipernim (kelas atas), sedangkan hipernim adalah
sebaliknya.
Contoh:
Kata bunga merupakan superordinat/ hipernim, sedangkan mawar, melati,
anggrek,flamboyan,dan sebagainya merupakan hiponimnya.
Macam-macam arti kata:
1. Arti leksikal yaitu arti yang sesuai dengan kamus
Misalnya: Makan = memasukkan sesuatu kedalam mulut,
kemudian mengunyah dan menelannya
2. Arti struktural atau Gramatikal yaitu arti kata yang berhubungan
dengan konteks kalimat
Misalnya: - Anak
itu selalu makan hati ibunya.
- Dalam hal serupa itu dia sudah
banyak makan garam.
3. Arti Denotatif yaitu arti kata yang
pemunculannya memiliki arti yang apsti atau lugas. Arti Denotatif diperlukan dalam penyususnan tulisan ilmiah.
4. Arti Konotatif ialah kata yang
berkesanggupan untuk menimbulkan arti tambahan sebagai tafsir yang ditimbulkan
secara emosional atau subjektif.
Kontaminasi
(Kerancuan)
l. Kontaminasi (Kerancuan) adalah gabungan dua kata yang sudah benar menjadi
bentuk yang salah.
Macam Kontaminasi sebagai
berikut:
Kontaminasi Bentukan
Kata
|
Kontaminasi Susunan
Kata
|
Kontaminasi Kalimat
|
Perlebar (Benar)
Lebarkan (Benar)
Perlebarkan (Salah)
|
Berulang-ulang (Benar)
Berkali-kali (Benar)
Berulangkali (Salah)
|
Siswa dilarang
merokok (Benar)
Siswa tidak boleh
merokok (Benar)
Siswa dilarang tidak
boleh merokok (Salah)
|
Sumber:
Kosakata Bahasa Indonesia, Soedjito
Perluasan Makna adalah perubahan
makna suatu kata yang tadinya mempunyai makna khusus atau sempit, tetapi
sekarang maknanya menjadi meluas. Dengan kata lain, makna suatu kata dapat
dikatakan meluas jika cakupan makna sekarang lebih luas dari pada makna dahulu.
Perluasan
Makna kata yang dimaksud seperti pada table berikut:
No.
|
Makna Meluas
|
Dahulu
|
Sekarang
|
1.
2.
3.
4.
|
Bapak, ibu, saudara,
kakak, adik
Berlayar
Putra-putri
kaisar
|
Dipakai dalam
hubungan kekeluargaan
Bila menggunakan
perahu yang ada layarnya
Hanya untuk kalangan bangsawan / anak raja
Nama orang
|
Digunakan untuk
menyebut nama orang yang sebaya (saudara) atau orang lain yang lebih tua/muda
(bapak, ibu, kakak, adik) Untuk semua perjalalan laut
Bias untuk semua golongan
Sebutan raja dijepang
|
B. Penyempitan
Makna kata
Penyempitan Makna adalah berubahan
makana suatu kata yang cakupan makna sekarang lebih sempit dibandingkan makna
dahulu. Perluasan Makna kata yang dimaksud seperti pada table berikut:
No.
|
Makna Menyempit
|
Dahulu
|
Sekarang
|
1.
2.
3.
4.
|
Sarjana
Pendeta
madrasah
bau
|
Menyebut orang pandai
Orang berilmu tinggi
sekoah
semua aroma
(wangi/busuk)
|
Orang yang lulus dari perguruan tinggi
Terbatas pada pimpinan agama Kristen
Sekolah khusus agama Islam
Bau busuk
|
C. Amelioratif
Suatu proses perubahan arti
baru dirasakan lebih tinggi nilainya dari arti semula
Misalnya: - istri, wanita, nyonya.
D. Peyoratif
Suatu proses perubahan
makna dimana arti baru dirasakan lebih rendah nilainya dari arti semula.
Misalnya: - bini, perempuan, kaki tangan
E. Sinestasia
Perubahan makna akibat pertukaran
dua indera yang berbeda.
Misalnya: - kata-kata pedas
- rupanya manis
F. Asosiasi
Perubahan makna yang
terjadi karena persamaan sifat.
Misalnya:
-
Catut : alat untuk mencabut paku, kemudian berdasarkan persamaan
sifat ini dipakai untuk orang yang menjual barang dengan harga tinggi.
G. Nilai Rasa
Disamping makna kata, suatu
bentuk dapat mengandung nilai rasa tertentu.
Misalnya:
-
Tiga belas mempunyai
nilai rasa kesialan.
4. Kata
Majemuk
Kata
majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk satu pengertian.
Contoh: duta besar buku
sejarah baru
kereta api senja utama meja tulis guru
rumah makan terjun
payung
kereta api cepat luar biasa lapangan udara
rumah sakit jiwa siap tempur
Contoh di atas menunjukkan bahwa kata dasar majemuk
dapat sendiri dari gabungan dua kata, tiga kata, empat kata, lima kata bahkan
dapat lebih. Hal yang terpenting adalah gabungan kata-kata itu harus menunjuk
kepada satu arti dan tidak melebihi batas fungsi sebagai kata. Cara penulisan
kata majemuk ada yang terpisah atas dua kata atau lebih, seperti contoh tadi
(duta besar, rumah makan) dan ada yang ditulis serangkai (jika hubungan kedua
kata sudah sangat padu).
Contoh: matahari kacamata
sapu
tangan beasiswa
olahraga
antarkota
C. Klasifikasi
Kata Berdasarkan Makna Kata
Kita
sudah mempelajari proses pembentukan kata yang semua itu berpengaruh pada
perubahan makna kata dari makna awalnya. Selain proses bentukan kata, makna
kata juga dapat ditimbulkan oleh dua hal,yaitu hubungan referensial dan
hubungan antarmakna.
1. Makna
Kata Berdasarkan Hubungan Referensial. Makna kata ini dibedakan menjadi:
a.
Makna denotatif
Makna denotatif ialah makna yang paling dekat
dengan bendanya (makna konseptual), atau kata yang mengandung arti sebenarnya.
Contoh: 1. Bunga mawar itu dipetik Sita dan disuntingkan di
rambutnya.
2. Untuk mena_ahi kedua anaknya, ia menjual sayuran di
pasar.
3. Penjual menawarkan barang kepada pembeli.
4. Bajunya basah kuyup terkena keringat.
Makna detonatasi adalah makna yang sebenarnya,
makna ini dapat digunakan untuk menyampaikan hal-hal yang faktual. Makna
denotasi disebut juga makna lugas. Kata itu tidak mengalami
penambahan-penambahan makna.
Contoh: Andi
makan roti.
Irma menulis surat di meja belajar.
b.
Makna konotatif
Makna konotatif ialah makna kiasan atau
diartikan makna yang cenderung lain dengan benda nyata (makna kontekstual)
disebut juga makna tambahan.
Contoh
:
1. Ayahnya mendapat kursi sebagai anggota dewan.
kursi artinya jabatan/kekuasaan
2.
Hatiku berbunga-bunga setelah anakku
mendapat juara pertama. berbunga-bunga artinya gembira
3. Sekarang ia bekerja di tempat yang basah. basah
artinya selalu menghasilkan uang
Dalam
pengertian lain makna konotasi berkaitan dengan cakupan makna halus dan cakupan
makna kasar.
Contoh
cakupan makna halus:
1. Neneknya sudah meninggal dua hari yang lalu.
2. Istri Pak Dadang seorang perawat di
rumah sakit pusat.
3. Ibunya Rosita sedang hamil lima bulan.
4. Mari kita doakan para pahlawan yang telah gugur agar
arwahnya diterima oleh Allah.
Contoh cakupan makna kasar:
1. Pamannya sudah mampus seminggu yang lalu.
2. Kakakku sedang bunting, dia harus berhati-hati.
3.
Bininya seorang dokter.
4. Pahlawan telah mati di medan laga.
Makna konotatif adalah makna yang bukan makna
sebenarnya. Makna ini biasanya digunakan dalam konteks sindiran. Makna
konotatif sebenarnya adalah makna denotasi yang mengalami penambahan.
Contoh: Joni adalah sampah masyarakat di
kampungnya.
Andi menjadi kambing hitam dalam masalah
tersebut.
Anda sudah mempelajari makna denotasi dan
konotasi. Sekarang asahlah
kemampuan Anda dengan mengerjakan perintah pada
format berikut!
c. Makna
Leksikal
Makna leksikal adalah makna yang bersifat tetap.
Oleh karena itu, makna ini sering disebut dengan makna yang sesuai dengan
kamus.
Contoh: Makan
kambing sapi
Minum buku pensil
d. Makna
Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang berubah-ubah
sesuai dengan konteks pemakainya. Kata ini sudah mengalami proses
gramatikalisasi, baik pengimbuhan, pengulangan, ataupun pemajemukan
Contoh: Berlari
= melakukan aktivitas
Bersedih =
dalam keadaan
Bertiga =
kumpulan
Berpegangan =
saling
e. Makna
idiomatik (ungkapan)
Secara
umum ungkapan berarti gabungan kata yang memberi arti khusus atau kata-kata
yang dipakai dengan arti lain dari arti yang sebenarnya. Ungkapan dapat juga
diartikan makna leksikal yang dibangun dari beberapa kata, yang tidak dapat
dijelaskan lagi lewat makna kata-kata pembentuknya.
Contoh:
− ringan tangan = rajin bekerja, suka memukul
− gerak langkah = perbuatan
− dipeti-eskan = dibekukan atau tidak digunakan
− tertangkap basah
=
terlihat saat melakukan
− gali lubang tutup lubang = pinjam sini, pinjam sana
− banting stir
= mengubah haluan
− jantung hati = kekasih
Ungkapan berfungsi menghidupkan,
melancarkan serta mendorong perkembangan bahasa Indonesia supaya dapat
mengimbangi perkembangan kebutuhan bahasa terhadap ilmu pengetahuan dan
keindahan sehingga tidak membosankan. Tata bahasa ibarat kebun, ungkapan ibarat
kembang-kembangnya. Dilihat dari bentuk dan prosesnya, ungkapan dapat diperinci
ke dalam beberapa jenis berikut.
1. Menurut
jumlah kata
a. Dua
kata
− mencari ilham : berusaha mencari ide baru
− bercermin bangkai : menanggung malu
b. Tiga
kata atau lebih
− diam seribu bahasa : membisu
− hutangnya setiap helai bulu : tak terhitung
banyaknya
2. Menurut zaman
a. Ungkapan
lama
− matanya bagai bintang timur : bersinar, tajam
− rambutnya bagai mayang mengurai : ikal, keriting
− berminyak air : berpura-pura
b. Ungkapan
baru
− ranjau pers : undang-undang pers
− berebut senja : siang berganti malam
− ranum dunia : penyebab kesulitan
3. Menurut asalnya
a. Ungkapan berasal dari bahasa asing
− black sheep : kambing hitam
− over nemen : mengambil oper
− side effect : akibat samping
b. Ungkapan berasal dari bahasa daerah
− soko guru : suri tauladan
− anak bawang : yang tidak
diutamakan
2. Makna
Kata Berdasarkan Hubungan Antarmakna
Makna kata berdasarkan hubungan
antarmakna terdiri atas sinonim,antonim, dan hiponim.
a. Sinonim
Sinonim ialah
pasangan kata atau kelompok kata yang mempunyai arti mirip atau hampir sama.
Walaupun sinonim menunjukkan kesamaan arti kata, sesungguhnya arti kata-kata
itu tidaklah sama betul. Dalam kalimat tertentu, suatu kata mungkin dapat
digunakan tetapi dalam kalimat lain tidak dapat digunakan atau penggunaannya
selalu dipertimbangkan oleh unsur nilai rasa atau lingkungan penuturnya
(kontekstual).
Contoh sinonim
dengan kata yang sama maknanya :
− Bung Ha_a telah wafat. (telah = sudah)
− Kita merdeka karena jasa Bung Ha_a. (karena = sebab)
− Bung Ha_a sangat berjasa. (sangat = amat)
Contoh beberapa kata
yang memiliki kemiripan makna :
− Tepat di muka gedung kantor pos Jakarta berdirilah sebuah
kompleks bangunan kuno yang kukuh.
− Persis di bangunan kantor pos Jakarta kota tertancaplah sebuah
kawasan bangunan kolot yang kuat.
Makna kalimat 1 dan
2 sama. Namun kalimat 1 lebih jelas isinya, kalimat 2 pilihan katanya kurang
tepat sehingga pembaca / pendengar menjadi ragu menafsirkan maknanya.
b. Antonim
Antonim adalah kata-kata yang
berlawanan maknanya/berlawanan. Contoh:
a) Sejak
sakit batuk, ia pantang minum es. Ia harus meminum obat itu
sesuai yang dianjurkan oleh dokter.
b) Aksi penebangan pohon merupakan perusakan hutan.
Pemerintah menghimbau agar warga melestarikan hutan.
c) Kadang-kadang
ia berlatih seminggu sekali. Nasihat orang tuanya seringkali tidak
didengarnya.
d) Perkembangan anak itu sangat lambat.
Dengan tangkasnya, ia menendang bola ke mulut gawang.
Terdapat beberapa perbedaan antara kata-kata yang berantonim. Oposisi antarkata
dapat berbentuk seperti berikut.
|
Contoh: − laki-laki-perempuan
− jantan–betina
− hidup-mati
b. Oposisi majemuk
Contoh:
− baju-merah
− sapu- tangan
− rumah-makan
c. Oposisi
gradual
Contoh: − kaya- miskin
− panjang- pendek
d. Oposisi relasional (kebalikan)
Contoh: − orangtua-anak
− guru-murid
− memberi-menerima
c. Hiponim
Hiponim
ialah kata yang memiliki hubungan hierarkis dengan beberapa kata yang lain. Hubungan hierarki
ini terdiri atas satu kata yang merupakan induk (hipernim), yang memiliki semua
komponen makna kata lainnya yang menjadi unsur bawahannya (hiponim). Proses
hiponim dan hipernim menimbulkan istilah kata umum dan kata khusus.
Kata umum dipakai untuk mengungkapkan
gagasan umum,sedangkan kata khusus digunakan untuk perinciannya. Jadi, kata
umum dapat diterapkan untuk semua hal, sedangkan kata khusus diterapkan untuk
hal tertentu saja. Contoh penggunaan kata umum dan khusus dalam kalimat seperti
berikut.
1. Pukul 07.00 WIB bel berdering cukup keras. Berdering
(kata khusus), biasanya digunakan untuk bunyi bel. Kata umumnya ialah bunyi.
Kata bunyi bisa digunakan untuk semua suara benda/sesuatu.
2. Untuk menyambut tahun baru, Ibu merangkai
melati dan mawar. Kata melati dan mawar merupakan kata khusus.
Kata umumnya ialah bunga.
Berdasarkan contoh penggunaan kata umum
dan kata khusus di atas, cermatilah kata umum dan kata khusus pada tabel
berikut ini.
Kata Umum
|
Kata Khusus
|
melihat
|
memandang, menonton,
meratap,menyaksikan, menengok, mengintip
|
melihat
|
memandang, menonton,
meratap,menyaksikan, menengok, mengintip
|
mamalia
|
sapi, kambing, kucing
|
pola hidup
|
berfoya-foya, boros,
irit, mewah, sederhana
|
musik
|
jazz, rock, keroncong.
|
kendaraan
|
mobil, motor, bus
|
membawa
|
menjinjing, memikul,
memanggul,menenteng, menggendong
|
memotong
|
memenggal, mengiris,
menebang, memancung, menggergaji
|
D. Penggunaan
Kamus dalam Mencari Bentuk, Kategori, dan Makna Kata
Kamus
dapat membantu seseorang untuk mencari variasi bentukan kata, kelas kata, dan
contoh-contoh pemakaiannya, termasuk pelafalan,pedoman kata, dan bentuk
ungkapannya. Kamus disusun berdasarkan abjad yang disertai penjelasan tentang
makna dan pemakaiannya. Di dalam kamus, terdapat keterangan tentang hal-hal
berikut.
(1) Label
bidang ilmu, contoh: Adm (administrasi dan kepegawaian), Anat (anatomi)
Ark (arkeologi).
(2) Dialek,
contoh Jw untuk Jawa, BT untuk Batak, Ar untuk Arab, Bld untuk Belanda.
(3) Ragam
bahasa, contoh cak untuk cakapan, hor untuk ragam hormat, kas untuk
ragam kasar.
(4) Penjelasan
makna, contoh berlari: berjalan kencang,
(5) Label
kelas kata, contoh a (adjektiva), adv (adverbia), n (nomina),
v (verba)
Contoh Lembaran Kamus
E. Bentukan
Kata/Frasa Baru
Kata
adalah satuan terkecil dari tata bahasa yang bermakna. Makna kata merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dari pikiran yang disampaikan lewat bahasa. Dari
satu kata, dapat kita bentuk belasan kata turunannya.
Bentuk
berimbuhan tersebut menunjukkan pertalian yang teratur antara bentuk dan
maknanya. Dalam perkembangan bahasa Indonesia, kata banyak mengalami
penambahan. Hal ini terjadi karena adanya proses asimilasi dan adaptasi dari kosakata
asing dan juga akibat paradigma atau proses analogi. Paradigma artinya
pembentukan kata mengikuti pola atau contoh yang sudah ada, sedangkan analogi
membandingkan pola yang sudah ada.
Pada dasarnya keduanya sama.
Contoh bentukan kata berdasarkan paradigma:
Berlaku pula pada kata-kata di bawah ini.
Contoh pembentukan frasa berdasarkan
paradigma atau analogi.
1. Dari
frasa rumah produksi, muncul frasa yang sejenis, yaitu:
− rumah singgah
− rumah potong
− rumah duka
− rumah industri
2. Dari
frasa bawah sadar, muncul frasa baru:
− bawah umur
− bawah standar
− bawah tanah
− bawah harga
3. Dari
bentukan kata pramugari dan pramuniaga, muncullah bentukan kata:
− pramuwisma
− pramusiwi
− pramusaji
− pramuria
− pramuwisata
− pramujasa
4. Dari
frasa alih bahasa, timbul frasa:
− alih ragam
− alih ilmu
− alih kuasa
− alih haluan
− alih teknologi
5. Dari
frasa hari raya muncul frasa baru :
− jalan raya
− pasar raya
− panen raya
6. Dari kata tamu agung muncul
− jaksa agung
− upacara agung
− hakim agung
− jumat agung
− dewan
pertimbangan agung
− mahkamah
agung
− karya agung
7. Dari gabungan
kata angkat topi timbul
gabungan kata:
− angkat diri
− angkat bicara
− angkat sumpah
− angkat sembah
− angkat bahu
− angkat kaki
8. Dari istilah adipati, timbul istilah:
− adibusana
− adikuasa
− adidaya
− adikarya
Contoh pembentukan kata yang
dipengaruhi oleh imbuhan asing.
− -if : aktif, agresif
− -er : komplementer, parlementer
− -al : struktur, normal
− -is : teknis, praktis
− -isasi : modernisasi, normalisasi, legalisasi
− pasca- :
pascapanen, pascasarjana
− pra- : prasejarah, prakarsa.
A. Pengertian Istilah
Istilah adalah kata
atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu makna konsep. Istilah
dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Istilah
Umum adalah istilah yang menjadi unsure bahasa
yang digunakan secara umum
2. Istilah
khusus adalah istilah yang pemakaiannya dan maknanya terbatas pada suatu bidang
tertentu
3. Istilah
ada yang sebagai kata dasar,ada pula yang sebagai kata turunan. Bentuk turunan
yang dimaksud yaitu dibentuk dari kata dasar afiks tertentu.
4. Istilah
yang berbentuk lain adalah istilah adalah dalam bentuk ulang dan gabungan kata.
5. Istilah
berasal dari berbagai kosa kata bahasa Indonesia , kosa kata serumpun, kosa
kata bahasa asing, dan ada juga yang dibentuk dengan cara menterjemahkan.
Identifikasi Proses Morfologis dan Nonmorfologis
Singkatan
masuk ke dalam proses morfologis. Kali ini, Anda akan belajar mengidentifikasi
proses morfologis dan nonmorfologis. Proses morfologis pembentukannya
bersistem, proses nonmorfologis pembentukkannya tidak bersistem. Anda
diharapkan dapat membedakan kata-kata yang mengalami proses morfologis dan
nonmorfologis. Apa perbedaan antara proses morfologis dengan nonmorfologis?
Proses morfologis pembentukan morfemnya bersistem sehingga kata-kata yang
dihasilkan bersistem. Proses nonmorfologis (abreviasi, singkatan, akronim)
pembentukan morfemnya terkadang tidak bersistem. Seperti contoh
berikut. Menbud, APBD, DPR.
Bentuk-bentuk tersebut disebut abreviasi.
Istilah lain abreviasi adalah kependekan. Bentuk-bentuk kependekan tersebut
berfungsi memudahkan pengucapan. Selain itu, bentuk kependekan (abreviasi)
tersebut dapat muncul karena terdesak kebutuhan agar berbahasa secara cepat dan
praktis. Bentuk-bentuk abreviasi di antaranya akronim dan singkatan. Akronim
merupakan proses pemendekan yang menggabungkan huruf awal, suku kata, atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Singkatan merupakan bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih.
(Sudarno, 1994)
Akronim dan Singkatan
Akronim meliputi hal-hal berikut ini.
1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf
awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contohnya, LAN :
Lembaga Administrasi Negara
PASI : Persatuan
Atletik Seluruh Indonesia
SIM : Surat
Izin Mengemudi
2.
Akronim nama diri yang berupa gabungan
suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan
huruf awal huruf kapital.
Contohnya, Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
Iwapi : Ikatan
Wanita Pengusaha Indonesia
Sespa : Sekolah
Staf Pimpinan Administrasi
3.
Akronim yang bukan nama diri yang berupa
gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contohnya,
pemilu : pemilihan umum
rapim : rapat
pimpinan
tilang : bukti
pelanggaran
Singkatan juga dapat dibedakan atas hal-hal berikut.
1.
Singkatan nama orang, nama gelar,
sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Contohnya, S.E. : sarjana ekonomi
S.S. : sarjana
sastra
S.K.M. : sarjana
kesehatan masyarakat
Bpk. : bapak
Sdr.
: saudara
Kol.
: kolonel
2. Singkatan
nama resmi lembaga pemerintah dan kenegaraan, badan atau organisasi, serta nama
dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital
dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Contohnya,
DPR :
Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI
: Persatuan
Guru Republik Indonesia
GBHN
: GarisGaris
Besar Haluan Negara
PT
: Perseroan Terbatas
KTP
: Kartu
Tanda Penduduk
3. Singkatan
umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu titik.
Contohnya, dll. : dan
lain-lain
dst. : dan
seterusnya
hlm. : halaman
4. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran,
takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Contohnya, Na :
natrium
L : liter
kg : kilogram
Rp 5.000,00 : lima
ribu rupiah
Sebutkan juga contoh-contoh singkatan
lainnya. Anda juga dapat mencarinya dalam bacaan-bacaan sebelumnya.
Selanjutnya, Anda pun dapat membedakan kata-kata yang mengalami proses
morfologis dengan proses nonmorfologis. Proses morfologis pembentukannya
bersistem atau terstruktur sehingga kata-kata yang dihasilkannya pun
berstruktur. Adapun
proses nonmorfologis (abreviasi, singkatan, akronim) pembentukannya terkadang
tidak bersistem. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut. Adul seorang
peneliti rudal di Indonesia .
(nonmorfologis) Adul sedang bermain di halaman. (morfologis)
Berdasarkan
contoh tersebut, kata rudal terbentuk dari kata peluru kendali. Proses
pembentukannya diambil dari suku kata terakhir (peluru), tetapi pada kendali
tidak diambil suku kata terakhir, melainkan meninggalkan satu huruf. Oleh
karena itu, akronim merupakan salah satu proses nonmorfologis karena tidak
bersistem. Contoh lain proses nonmorfologis sebagai berikut. Siskamling :
Sistem keamanan lingkungan Depdagri : Departemen Dalam Negeri
Adapun
kata bermain termasuk ke dalam proses morfologis karena pembentukannya
bersistem. Kata bermain terbentuk dari kata main +ber– bermain.
Selanjutnya, kamu pun dapat menggunakan kata-kata yang mengalami proses
nonmorfologis ke dalam konteks kalimat. Contohnya, Sitompul menjadi anggota
TNI. Depdiknas merupakan lembaga yang bertanggung jawab terhadap kemajuan
pendidikan di tanah air. Pemilu di Indonesia
dilakukan lima tahun sekali. Sitompul menjadi anggota TNI. Depdiknas merupakan
lembaga yang bertanggung jawab terhadap kemajuan pendidikan di tanah air.
Pemilu di Indonesia dilakukan lima tahun sekali.
Imbuhan
Dalam
bahasa Indonesia
dikenal istilah afiks (imbuhan). Afiks adalah satuan gramatik terikat yang di
dalam suatu kata merupakan unsure yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang
memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau
pokok kata baru (Ramlan, 2001: 55). Afiks terbagi atas tiga macam yaitu:
prefiks (awalan), infisk (sisipan), dan sufiks (akhiran). Pada pembelajaran ini, Anda hanya akan belajar mengenai prefiks dan
sufiks.
1.
Prefiks (awalan) Beberapa prefiks dalam bahasa Indonesia yaitu:
a. meN–
Awalan meN- berfungsi
sebagai pembentuk kata verbal. Kata verbal adalah kata yang pada tataran klausa
mempunyai kecenderungan menduduki fungsi predikat.
Makna awalan meN-
1) Menyatakan suatu perbuatan yang aktif
transitif, maskudnya perbuatan itu dilakukan oleh pelaku yang menduduki fungsi
subjek yang menuntut adanya objek. Contohnya: menulis,meresmikan, mencetak, dan
membaca.
2)
Menyatakan makna proses. Contohnya: melebar, meluas, dan meninggi.
3) Menyatakan
makna melakukan tindakan yang berhubungan dengan apa yang tersebut pada bentuk
dasar. Contohnya: menepi (menuju ke tepi), merokok (menghisap
rokok), membatu ( menjadi batu), dan mengabdi (berlaku sebagai
abdi).
Variasi bentuk awalan meN-
1)
meN- akan berubah menjadi me- jika
dilekatkan pada katakata yang diawali huruf l,m,n,ny,ng,r,y, atau w.
Contoh: melatih, memakan, menamai, menyatakan, menganga,meramaikan,
meyakinkan,dan mewajibkan.
2) meN-
akan berubah menjadi men- jika dilekatkan pada kata-kata berawalan
huruf d atau t.
Contoh: mendatangkan dan
menuduh.
3)
meN- akan berubah menjadi mem-
jika dilekatkan pada kata-kata berawalan huruf b, p, atau f.
Contoh: membabat,memakai,
dan memfitnah.
4)
meN- akan berubah menjadi meny-
jika dilekatkan pada kata-kata berawalan huruf c, j, dan s.
Contoh: menyatukan,menyucikan, dan menyadari.
5) meN-
akan berubah menjadi menge- jika dilekatkan pada kata-kata yang
bersuku kata satu. Contoh: mengetik, mengecek, dan mengerem.
Imbuhan
meng-
Pada pelajaran ini Anda akan memperlajari
bentuk, fungsi, danmakna imbuhan meng-.
Bentuk
dan ungsi Imbuhan meng-
Dalam jajaran imbuhan, imbuhan meng-
merupakan imbuhan yang produktif. Artinya, kemampuan imbuhan meng- ketika
bergabung dengan kata, jumlah yang kita dapatkan sangat banyak.
Dalam proses morfologisnya, imbuhan meng-
mengalami proses morfofonemik, yaitu penambahan fonem m, n, ng, ... yang timbul
akibat penggabungan dua morfem pada waktu pembentukan kata berimbuhan. Imbuhan
ini mengalami perubahan sesuai dengan lingkungan yang dimasukinya sehingga bisa
menjadi me-,men-,mem-,meny-, dan menge-.
meng- tetap meng
meng + ambil
mengambil
meng + harap
mengharap
meng- menjadi memeng
+ latih melatih
meng + makan memakan
meng- menjadi
menmeng + duga menduga
meng + tuduh menuduh
meng- menjadi
memmeng + buat membuat
meng + pakai memakai
meng- menjadi menymeng
+ satu menyatu
meng + sapu menyapu
meng- menjadi
mengemeng + tik mengetik
meng + bom mengebom
Selain
itu, imbuhan meng- juga mengalami proses nasalisasi,yaitu perubahan fonem pada
awal kata dasar akibat adanya pembubuhan awalan meng-.
Fungsi imbuhan ini
adalah pembentuk kata kerja baik transitif maupun taktransitif.
Makna
Imbuhan meng-
Makna imbuhan meng- meliputi:
a. mengerjakan/melakukan pekerjaan
Contoh: menulis, membaca, menata
b. menjadi
Contoh: mengembun, membatu, meluas
c. menuju
ke-
Contoh: menepi,
mendarat, mengangkasa
d. mencari
Contoh:
merumput, mendamar, merotan
e. membuat
Contoh: menyambal, menggulai
f. berlaku
seperti
Contoh: membisu,
membabi buta, mematung, menggila
g. membuang
Contoh: menguliti, membulut
Imbuhan
meng- n dan meng-
Imbuhan meng-kan dan meng-i merupakan bentuk
imbuhan yang produktif. Maksudnya imbuhan tersebut dapat menghasilkan banyak
kata baru.
Bentuk
dan ungsi Imbuhan meng- n dan meng-
Secara morfologis,
imbuhan meng- mengalami proses morfofonemik. Imbuhan meng- dapat menjadi me-,
men-, mem-, meny, dan menge-, (lihat materi di bab 5), sedangkan akhiran –kan
maupun -i sebagai variasi imbuhan tersebut tidak mengalami perubahan bentuk.
Imbuhan meng-kan dan meng-i keduanya sama-sama berfungsi sebagai pembentuk kata
kerja transitif.
Makna
Imbuhan meng- n
Makna Imbuhan
meng-kan dibedakan menjadi makna benefaktif dan makna kausatif.
a. Benefaktif (melakukan pekerjaan untuk
orang lain)
Contoh:
b. Kausatif
1. Menyebabkan seseorang atau sesuatu tindakan
seperti yang disebutkan pada kata dasarnya.
Contoh: Pemerintah
mendatangkan paha ayam dari Amerika.
2. Menyebabkan seseorang atau sesuatu menjadi
seperti yang disebutkan pada kata dasarnya.
Contoh: Sebaiknya
kamu membetulkankonsep ini sebelum kamu ajukan ke gurumu!
3. Menyebabkan jadi atau menganggap sebagai
apa yang disebut kata dasarnya.
Contoh: Sebaiknya
kita jangan terlalu mendewakan uang.
4. Membawa ke tempat yang disebut pada kata
dasarnya.
Contoh: Perusahan
itu memejahijaukan salah satu karyawannya karena memakai sandal bolong.
Makna
Imbuhan meng-
Makna imbuhan meng-i dibedakan menjadi
imbuhan bermakna kuantitatif, berarti memberi, dan berhubungan dengan tempat.
a. Kuantitatif
Melakukan sesuatu atau tindakan yang
berulang-ulang seperti yang disebutkan oleh kata dasarnya.
Contoh: Mereka memukuli
pencopet itu.
b. Memberi
Melakukan tindakan memberi kepada seseorang
atau sesuatu seperti yang disebutkan oleh kata dasarnya.
Contoh: Percuma saja, perbuatanmu itu bagaikan menggarami
laut.
c. Tempat
Melakukan tindakan
terhadap orang atau sesuatu yang berhubungan dengan tempat seperti yang
disebutkan oleh kata dasarnya.
Contoh: Teguh
mendatangi rumah pacarnya.
d. Kausatif
Contoh: Air matanya telah membasahi pipinya yang merah.
b. ber-
Awalan ber- berfungsi sebagai
pembentuk kata kerja. Makna awalan ber- adalah sebagai berikut.
1) Menyatakan
perbuatan yang aktif. Contohnya: berjuang,bersandar, dan bernyanyi.
2) Menyatakan
dalam keadaan. Contohnya: bergembira dan berbahagia.
3) Menyatakan
makna kumpulan yang terdiri dari jumlah yang tersebut pada bentuk dasar.
Contohnya: berdua (kumpulan yang
terdiri dari dua.
4) Menyatakan
makna melakukan perbuatan berhubung dengan apa yang tersebut pada bentuk dasar.
Contohnya:
berbaju (memakai baju) dan berladang (mengusahakan
ladang).
5) Menyatakan
makna mempunyai apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contohnya: berayah (mempunyai
ayah) dan berpenyakit (mempunyai penyakit).
Variasi bentuk awalan ber-
1) ber-
akan berubah menjadi be- jika dilekatkan pada kata dasar yang suku
kata pertamanya berakhir dengan er. Contoh: bekerja dan bepergian.
2)
Ber- akan berubah menjadi bel-
jika dilekatkan pada kata dasar yang diawali huruf vokal. Contoh: belajar
dan belunjur.
c. di-
Awalan di- mempunyai satu fungsi yaitu membentuk
kata kerja pasif. Maknanya menyatakan suatu perbuatan yang pasif.
Contohnya:
dibawakan, diambil, dan diresmikan.
d. ter-
Awalan
ter- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif. Makna awalan ter- sebagai
berikut.
1)
Menyatakan ketidaksengajaan atau
ketiba-tibaan. Contohnya: terbakar dan terbangun.
2) Menyatakan
aspek perfektif sudah dibagi. Contohnya: terbagi (sudah dibagi) dan tertutup
(sudah ditutup).
3) Menyatakan
kemungkinan. Awalan ter- yang menyatakan makna ini pada umumnya
didahului kata negatif tidak atau tak. Contohnya: tidak
ternilai (tidak dapat ternilai).
4) Menyatakan
makna paling. Contohnya: tertinggi dan terpandai.
Variasi bentuk awalan ter-
1) ter-
akan berubah menjadi te- jika ditambahkan pada kata dasar yang
diawali huruf r. Contoh: terebut dan terasa.
2) Jika
suku kata pertama kata dasar berakhir dengan bunyi er, fonem /r/ pada
awalan ter- ada yang muncul ada yang tidak. Contoh: terpercaya dan
tepercik.
e. peNAwalan
peN- berfungsi sebagai pembentuk kata
nominal ( kata benda). Makna awalan peN- sebagai
berikut.
1) Menyatakan makna yang (pekerjaanya) melakukan
perbuatan yang tersebut pada kata bentuk dasar. Contohnya: pembaca (yang
pekerjaannya membaca) dan pelukis (yang pekerjaanya melukis).
2) Menyatakan
makna alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk
dasar. Contohnya: pemotong, pemukul, dan penjahit.
3) Menyatakan
makna yang memiliki sifat yang tersebut pada bentuk dasar. Contohnya: pemberani,
pemalu, dan penakut.
4) Menyatakan
makna menyebabkan. Contohnya: pengeras, penguat, dan pendingin.
5) Menyatakan
makna yang pekerjaanya melakukan perbuatan. Contohnya: penyair, pengusaha,
dan penggergaji.
2. Akhiran (sufiks)
Beberapa sufiks
dalam bahasa Indonesia adalah –kan, –i, dan –an.
a. Akhiran (–kan)
Akhiran-kan tidak
berfungsi membentuk kata,melainkan berfungsi membentuk pokok kata. Makna
akhiran-kan:
(1) menyatakan
makna benefaktif (perbuatan yang dilakukan untuk orang lain). Contohnya: membacakan,
membelikan,dan membawakan.
(2)
menyatakan makna menyebabkan sesuatu
melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar. Contohnya: menerbangkan
dan memberangkatkan.
(3)
menyatakan makna sesuatu menjadi yang
seperti yang tersebut pada bentuk dasar. Contohnya: meluaskan dan membetulkan.
(4)
menyatakan menyebabkan sesuatu jadi atau
menganggap
sesuatu sebagai apa yang tersebut pada bentuk
dasar. Contohnya: mendewakan (menganggap …
sebagai dewa) dan mengurbankan (menyebabkan … jadi kurban).
(5) menyatakan
membawa/ memasukkan sesuatu ke tempat
yang tersebut pada bentuk dasar. Contohnya: memenjarakan
(memasukan … ke penjara) dan menyeberangkan (membawa … ke seberang).
b. Akhiran (–i)
Akhiran
–i berfungsi membentuk pokok kata. Makna akhiran –i:
1)
menyatakan makna perbuatan yang tersebut
pada bentuk dasar itu dilakukan berulang-ulang.
Contohnya:
memukuli (memukul berulang-ulang).
2)
menyatakan makna memberi apa yang
tersebut pada bentuk dasar. Contohnya: menggarami, memagari, dan menomori.
3)
menyatakan makna tempat.
Contohnya:
menduduki dan mendatangi.
4)
menyatakan makna kausatif membuat jadi.
Contohnya:
memanasi dan melempari.
c. Akhiran (–an)
Akhiran
–an berfungsi sebagai pembentuk kata nominal. Makna akhiran –an:
(1)
menyatakan makna alat untuk. Contohnya: timbangan
dan garisan.
(2)
menyatakan makna hasil. Contohnya: karangan dan tulisan.
(3) menyatakan makna tiap-tiap.
Contohnya: bulanan dan mingguan.
Contoh Kata
Berimbuhan
1. Prefiks (awalan)
a. prefiks
di- (contoh: dibawa, dipandang)
b. prefiks
ter- (contoh: terlihat, terpandai, tertidur)
c. prefiks
se- (contoh: serumah, seindah, sesudah)
d. prefiks
ke- (contoh: kelima, kekasih)
e. prefiks
pe- (contoh: pelari, penyair)
f. prefiks
per- (contoh: perdalam, pertiga, pertuan)
g. prefiks
me- (contoh: membesar, menepi, meringkik)
h. prefiks ber- (contoh: bersawah,
beranak, bersepeda)
2. Infiks (sisipan)
Infiks adalah
semacam morfem terikat yang disisipkan pada sebuah kata konsonan pertama dan
vokal pertama. Bentuk infiks ini tidak berubah.
Berikut ini empat macam infiks yang ada
dalam bahasa Indonesia.
1. - el - (contoh:
tunjuk-telunjuk)
2. - er- (contoh:
gigi-gerigi)
3. - em- (contoh: tali-temali)
4. - in- (contoh:
kerja-kinerja)
3. Sufiks (akhiran)
a. sufiks -kan (contoh: membersihkan,
menduakan,mendewakan)
b. sufiks -i (contoh: mendatangi,
diobati)
c. sufiks -an (contoh: undangan,
bulanan, lapangan)
d. sufiks -nya (contoh: bajunya,
buruknya, kencangnya)
e. sufiks -man; wan, wati (contoh: seniman,
seniwati)
4. Konfiks
(imbuhan)
a. kofiks
ke-an (contoh: kemajuan, kepergian)
b. konfiks pe-an (contoh: pekerjaan,
pendaratan)
c. konfiks per-an (contoh: persawahan,
persahabatan)
d. konfiks se-nya (contoh: setingi-tingginya,
serajinrajinya)
5. Gabungan imbuhan
a. gabungan me -kan (contoh: meninggikan)
b. gabungan di -kan (contoh: didengarkan)
c. gabungan memper -kan (contoh: memperundingkan)
d. gabungan diper -kan (contoh: diperdebatkan)
e. gabungan mem + per + i (contoh: memperbaiki)
f. gabungan di + per + i (contoh: dipelajari)
g. gabungan ber -an (contoh: berpelukan)
h. gabungan ber -kan (contoh: bersandikan)
Konfiks ke- an
Konfiks
ke-an merupakan satu kesatuan unsur awalan dan akhiran yang melebur menyatu
dalam bentuk, fungsi, dan makna. Konfiks kean merupakan konfiks yang sangat
produktif dalam membentuk kata lain, terutama kata sifat dan kata kerja menjadi
kata benda abstrak, misalnya kejelekan, ketakutan, dan kepergian.
A. Bentuk
Perhatikan contoh
berikut!
- ke + akrab + an = keakraban
- ke + dalam + an =kedalaman
Dari contoh (1) dan (2) dapat
disimpulkan bahwa konfiks ke-an
tidak mengalami perubahan bentuk jika
dilekatkan pada kata apapun.
B. Fungsi
Perhatikan contoh berikut:
- ke + raja + an = kerajaan
- ke + sakit + an = kesakitan
Contoh (1) kata yang dibentuk konfiks
ke-an menjadi kata benda.
Contoh (2) kata yang dibentuk menjadi
kata kerja pasif intransitif.
Jadi, fungsi konfiks
ke-an ialah membentuk kata benda dan kata sifat yang menyatakan keadaan atau
membentuk kata kerja pasif intransitif. Selain dilekatkan pada kata dasar,
konfiks ke-an juga dilekatkan pada kata majemuk dan kata berimbuhan seperti:
keanekaragaman, kebersamaan.
Hukum D-M
Hukuman D-M ialah peraturan
menyusun kata nama
majmuk dan ayat yang mendahulukan unsur yang diterangkan (diringkaskan sebagai
D) dan mengemudiankan kata sifat
yang menerangkan (diringkaskan sebagai M). Istilah Hukum D-M diperkenalkan oleh
Prof. St. Takdir Alisjahbana dalam bukunya, Tatabahasa Baru Melayu Indonesia.
Kesalahan
yang biasa berlaku
Kesalahan yang biasa berlaku, khususnya di
kalangan orang yang bersikap keinggerisan, disebabkan oleh kekeliruan antara
susunan kata nama majmuk bahasa Melayu dengan
kata nama majmuk bahasa Inggeris.
Sebilangan kesalahan yang sering berlaku adalah seperti berikut:
Kesalahan
|
Padanan bahasa Inggris
|
Pembetulan
|
dalam lain perkataan
|
in other words
|
dengan kata-kata lain
|
lain-lain perkara
|
other matters
|
perkara-perkara lain
|
Minah Restoran
|
Minah Restaurant
|
Restoran Minah
|
Dunlop tayar
|
Dunlop tyre
|
tayar Dunlop
|
goreng pisang
|
fried banana
|
pisang goreng
|
cili sos
|
chilli sauce
|
sos cili
|
’
Buku Pintar Berbahasa dan Sastra Indonesia (Penulis
Dra. Agustien S., dkk) dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
·
Awang Sariyan. Kunci Bahasa Malaysia
(1986), Sasbadi Sdn. Bhd.
FONOLOGI (
TATA BUNYI)
1.
Ilmu yang mempelajari bunyi bahasa disebut FONOLOGI . Fonologi terbagi
menjadi ;
1. Fonetik yaitu mempelajari
ujaran tanpa membedakan arti .
2. Fonemik yaitu mempelajarui
bunyi ujaran sebagai pembeda arti .
sedangkan Fonem yaitu bunyi
yang terkecil yang dapat membedakan arti .
Contoh : modul – model tari- lari malam – dalam daki- dasi
[ u , e , t , l , m , d , k, s,] termasuk fonem
2. Fonem bahasa indionesia terdiuri atas :
2.1. Vokal : bunyi bahasa yang terjadi apabila
udara keluar dari paru- paru tanpa mendapat halangan .
Contoh : a ,
i , u , e , o , .
2.2. Konsonan : bunyi bahasa yang keluar dari paru- paru mendapat
halangan
Contoh : p , b , m , k , p , y
, t , s , ….. dan lain- lain .
2.3. Diftong : dua vocal yang diucapkan secara
serentak [ satu kesatuan waktu] .
missal
: pantai , pulau ,amboi , kerbau .
2.4. Deret Vokal : dua vocal yang
diucapkan tidak dalam satu kesatuan waktu . misalnya : dicintai , dimulai ,
dikelabui , ….. dll
2.5. Gugus Konsonan : dua konsonan berturutan diucapkan daqlam satu
kesatuan waktu .
Contoh
: atraksi , ekspres , klasik ……
3. Perubahan
fonem :
3.1. Asimilasi : dua fonem yang tidaki sama dijadikan
sama dalam kata . Asimilasi terdiri
atas ;
a. Berdasarkan fonem yang diasimilaasikan :
asimilasi
progreswif ; colnis menjadi collis
asimilasi
regrewsif ; alsalam menjadi asasalam
inmoral menjadi inmmoral
b. Berdasarkan sifatnya :
1. asiomilasi total : adasimilatio menjadi assimilasi
inmoral menjadi immoral
aisalam
menjadi assalam
2. asimilasi partial : imperfect menjadi imperfek
import menjadi impor
4.
Disimilasi : dua fonem yang sama dijadikan tidak sama dalam kata .
Contoh ; sajjana menjadi sarjana
citta menjadi cipta
No comments:
Post a Comment