Monday, September 30, 2013
Sunday, September 29, 2013
LEGENDA ACEH "PUTRI PUKES" MANUSIA MENJADI BATU
GUA Putri Pukes merupakan salah satu objek wisata di Kabupaten Aceh Tengah. Ceritanya diriwayatkan sebagai legenda antara mitos dan fakta. Betul tidaknya legenda Putri Pukes, hingga sekarang belum ada yang bisa memastikannya. Gua Putri Pukes tempat legenda itu diceritakan, kini sudah menjadi tempat wisata, tetapi sangat di sayangkan gua tempat manusia yang menjadi batu itu sudah disemen dan ditambah-tambah sehingga tidak lagi alami.
Di dalam gua Putri Pukes tersebut terdapat batu yang dipercayai adalah Putri Pukes yang telah menjadi batu, sumur besar, kendi yang sudah menjadi batu, tempat duduk untuk bertapa orang masa dahulu, alat pemotong zaman dahulu.
Abdullah, penjaga gua, Selasa (9/3) kepada Harian Aceh menceritakan, batu putri pukes tersebut membesar karena kadang-kadang batu tersebut menangis sehingga air mata yang keluar tersebut menjadi batu dan makin lama batu tersebut makin membesar.
Sementara sumur besar kata Abdullah, setiap tiga bulan air di sumur tersebut kering dan tidak ada air nya, bila ada air orang pintar akan datang untuk mengambil air tersebut. Sedangkan kendi yang telah menjadi batu tersebut pernah bawa oleh orang, tetapi dikembalikan lagi karena dilanda resah setelah mengambilnya. “Sedangkan tempat bertapa itu di gunakan oleh orang zaman dahulu untuk melakukan bertapa guna mencari ilmu dan alat pemotong (pisau) peninggalan manusia purbakala kata yang ditemukan di dalam goa putri pukes,” jelas Abdullah.
Tidak semua orang Gayo mengetahui cerita legenda Putri Pukes, sebagian dari orang Gayo itu mengetahui legenda itu tetapi tidak mengetahui bagaimana ceritanya. Menurut cerita dan informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber yang mengetahui tentang legenda Putri Pukes.
Gua Putri Pukes terletak di sebelah utara, tepatnya di Kampung Mendale, Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah Putri Pukes merupakan nama seorang gadis kesayangan dan anak satu-satunya yang berasal dari sebuah keluarga di Kampung Nosar, Kecamatan Bintang, Aceh Tengah.
Suatu hari dia, dijodohkan dengan seorang pria yang berasal dari Samar Kilang, Kecamatan Syiah Utama Kabupaten Aceh Tengah (sekarang Kabupaten Bener Meriah). Pernikahan pun dilaksanakan, berdasarkan adat setempat.
Mempelai wanita harus tinggal dan menetap di tempat mempelai pria. Setelah resepsi pernikahan di rumah mempelai wanita selesai, selanjutnya kedua mempelai diantar menuju tempat tinggal pria. Pihak mempelai wanita diantar yang dalam bahasa gayo disebut ‘munenes’ ke rumah pihak pria ke Kampung Simpang Tiga Bener Meriah.
Pada acara ‘munenes’ pihak keluarga mempelai wanita dibekali sejumlah peralatan rumah tangga seperti kuali, kendi, lesung, alu, piring, periuk dan sejumlah perlengkapan rumah tangga lainnya. Adat ‘munenes’ biasanya dilakukan pada acara perkawinan yang dilaksanakan dengan sistem ‘juelen’, dimana pihak wanita tidak berhak lagi kembali ke tempat orangtuanya.
Berbeda dengan sistem ‘kuso kini’ (kesana kemari) atau ‘angkap’. Kuso kini, pihak wanita berhak tinggal di mana saja, sesuai kesepakatan dengan suami. Sementara sistem ‘angkap’, adalah kebalikan dari ‘juelen’, pada sistem perkawinan ini, pihak lelaki diwajibkan tinggal bersama keluarga pihak wanita, disebabkan pihak wanita yang mengadakan lamaran terlebih dahulu.
Pernikahan ini juga disebabkan beberapa hal antara lain, mempelai pria sebelumnya meminta atau mengemis kepada wali mempelai wanita untuk dinikahkan dengan putrinya, dengan alasan sangat mencintainya. Sehingga sebagai persyaratannya, pihak pria harus tinggal bersama keluarga mempelai wanita.
Disinilah detik-detik terjadinya peristiwa sehingga nama Putri Pukes terkenal hingga sekarang, saat akan melepas Putri Pukes dengan iringan-iringan pengantin, ibu Putri Pukes berpesan kepada putrinya yang sudah menjadi istri sah mempelai pria. “Nak…sebelum kamu melewati daerah Pukes yaitu daerah rawa-rawa sekarang menjadi Danau Laut Tawar. Kamu jangan penah melihat ke belakang,” kata ibu Putri Pukes.
Sang putri pun berjalan sambil menangis dan menghapus air matanya yang keluar terus menerus. Karena tidak sanggup menahan rasa sedih, membuat putri lupa dengan pantangan yang disampaikan oleh ibunya tadi. Secara tak sengaja putri menoleh ke belakang, dengan tiba-tiba putri pukes langsung berubah menjadi batu seperti seperti yang sekarang kita jumpai di dalam Gua Putri Pukes. Apakah itu hanya mitos atau memang benar-benar terjadi, tetapi warga setempat percaya kalau cerita Putri Pukes itu benar ada.
Setahun yang lalu tepatnya maret 2009 Tim Arkeologi dari Medan Sumatera yang melakukan penelitian situs sejarah di Takengon, Aceh Tengah menemukan kerangka manusia purba yang diperkirakan berusia 3.500 tahun di Gua Putri Pukes.
Tim Arkeologi tersebut terdiri dari 15 orang itu beranggotakan Lucas Partanda Koestoro, DEA, Dra. Nenggih Susilowati, Defri Elias Simatupang, SS, Stanov Purnawibowo, SS, Taufiqurahman, SS, Dra. Suriatani Supriyadi, Suhadi S. Sos, Dra. Jufrida, Dekson, Masdar, Pesta H. H. Siahaan, Briska, Umi N. Syahra, Sopingi Silalahi dan ketua Tim Ketut Wiradnyana.
Menurut Ketut pada waktu itu, kerangka itu terdiri dari tulang paha dan sejumlah peralatan milik manusia purba seperti kapak batu dan lempengan gerabah, saat menemukan kerangka berupa tulang belakang paha kaki dan pinggul ditemukan dalam posisi tertindih batu.
Saat melakukan penelitian setahun lalu itu, Ketut menjelaskan, komunitas orang-orang purba di situs ini mempunyai kebiasaan mengebumikan mayat dengan menindihkan batu diatasnya untuk menghindari mayat tidak dimakan binatang buas.
Definisi Mitos, Legenda, dan Cerita Rakyat
Secara sederhana, definisi mitos adalah suatu informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar karena telah beredar dari generasi ke generasi. Begitu luasnya suatu mitos beredar di masyarakat sehingga masyarat tidak menyadari bahwa informasi yang diterimanya itu tidak benar. Karena begitu kuatnya keyakinan masyarakat terhadap suatu mitos tentang sesuatu hal, sehingga mempengaruhi perilaku masyarakat. Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang di tokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kahyangan) pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang punya cerita atau penganutnya. Mitos juga disebut Mitologi, yang kadang diartikan Mitologi adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan bertalian dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, adat istiadat, dan konsep dongeng suci. Mitos juga merujuk kepada satu cerita dalam sebuah kebudayaan yang dianggap mempunyai kebenaran mengenai suatu peristiwa yang pernah terjadi pada masa dahulu. Jadi, Mitos adalah cerita tentang asal-usul alam semesta, manusia, atau bangsa yang diungkapkan dengan cara-cara gaib dan mengandung arti yang dalam. Mitos juga mengisahkan petualangan para dewa, kisah percintaan mereka, kisah perang mereka dan sebagainya. Mengapa Mitos di Percaya? Sebab masyarakat beranggapan mitos sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat tradisional yang masih sangat kental budaya kedaerahannya. Mereka kebanyakan mengabaikan logika dan lebih mempercayai hal-hal yang sudah turun temurun dari nenek moyang. Pada dasarnya, mitos orang zaman dahulu memiliki tujuan yang baik untuk kelangsungan hidup keturunannya Ada masyarakat yang mempercayai mitos tersebut, ada juga masyarakat yang tidak mempercayainya. Jika mitos tersebut terbukti kebenarannya, maka masyarakat yang mempercayainya merasa untung. Tetapi jika mitos tersebut belum terbukti kebenarannya, maka masyarakat bisa dirugikan. Mitos dipercaya sebagai ajaran nenek moyang tentang apa yang tidak boleh dilakukan agar tidak tertimpa daerah.
BEBERAPA CONTOH-CONTOH MITOS:
- Tertimpa cicak tandanya sial . Sial di sini maksudnya dari tertimpa cicak itu sendiri. Siapa yang tidak sial kalau sedang enak – enak duduk tiba – tiba tertimpa cicak.
- Wanita tidak boleh duduk di depan pintu pamali . Zaman dahulu wanita masih menggunakan rok, belum ada yang memakai celana. Jadi, kalau ada wanita yang duduk di depan pintu pasti akan terlihat…ya gitu deh. Pasti banyak mengundang hawa nafsu.
- Jangan bersiul pada malam hari karena mengundang setan. Maksudnya adalah agar tidak mengganggu orang – orang yang sedang tidur.
- Memakai payung di dalam rumah berarti sial. Ya sial kalau lagi ada banyak orang di dalam rumah dan kita memakai payung. Mungkin orang – orang di sekitar Anda akan merasa terganggu atau tercolok matanya.
Demikian beberapa contoh mitos. Para nenek moyang menganggapnya sebagai pamali. Sebagai orang yang beragama, khususnya Islam tidak boleh mempercayai ramalan atau semacamnya karena hidup dan mati berada di tangan Tuhan, bukan nenek moyang.
LEGENDA
Sebuah kisah sejarah tradisional (atau kumpulan cerita terkait) populer dianggap benar tetapi biasanya berisi campuran fakta dan fiksi. ebuah legenda adalah cerita yang diceritakan seolah-olah itu adalah peristiwa sejarah, bukan sebagai penjelasan untuk sesuatu atau narasi simbolik. Legenda mungkin atau mungkin tidak versi dijabarkan dari peristiwa sejarah. Legenda yang dalam bahasa Latin disebut legere adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh empunya cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karenanya, legenda sering kali dianggap sebagai sejarah kolektif (folk history). Meski demikian, karena tidak tertulis, maka kisah-kisah tersebut telah mengalami distorsi, sehingga sering kali jauh berbeda dengan aslinya. Oleh sebab itu, jika legenda dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi suatu sejarah, maka legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari hal-hal yang mengandung sifat-sifat cerita rakyat (folklore). Legenda ataupun cerita rakyat, terkait dekat sekali dengan Mitologi. Namun, pada cerita rakyat, waktu dan tempat tidak spesifik dan ceritanya tidak dianggap sebagai sesuatu yang suci dan dipercaya kebenarannya layaknya Mitologi. Sedangkan legenda sendiri, meskipun kejadiannya dianggap benar, pelaku-pelaku kisahnya adalah manusia, bukan Dewa dan monster seperti pada Mitologi.
BEBERAPA CONTOH-CONTOH LEGENDA:
- Sangkuriang
- Lutung Kasarung
- Legenda Candi PrambanaN
- Buaya Putih dari Maluku
- Legenda Kanjeng Ratu Kidul
- Danau Toba
Cerita Rakyat adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki Bangsa Indonesia. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa. Fungsi Cerita rakyat selain sebagai hiburan juga bisa dijadikan suri tauladan terutama cerita rakyat yang mengandung pesan-pesan pendidikan moral. Banyak yang tidak menyadari kalo negeri kita tercinta ini mempunyai banyak Cerita Rakyat Indonesia yang belum kita dengar, bisa dimaklumi karena cerita rakyat menyebar dari mulut – ke mulut yang diwariskan secara turun – temurun. Namun sekarang banyak Cerita rakyat yang ditulis dan dipublikasikan sehingga cerita rakyat Indonesia bisa dijaga dan tidak sampai hilang dan punah.Sekarang banyak juga Cerita Rakyat yang difilmkan lho dan sisi positifnya Cerita Rakyat jadi semakin terjaga meski kadang ada penambahan jalan ceritanya.
BEBERAPA CONTOH CERITA RAKYAT :
- Malin Kundang
- Bawang Merah Bawang Putih
- Timun Mas
- Si Pitung
- Keong Mas
Legenda Atu Belah ( Batu Belah )
Legenda Atu Belah itu menurut cerita yang berkembang di masyarakat, Terjadi di sebuah desa Penarun Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah, hidup satu keluarga miskin. Keluarga itu mempunyai dua orang anak, yang tua berusia tujuh tahun dan yang kecil masih kecil. Ayah kedua anak itu hidup sebagai petani, pada waktu senggangnya ia selalu berburu rusa di hutan, berikut Ceritanya.
****
Pada jaman dahulu di tanah Gayo, Aceh – hiduplah sebuah keluarga petani yang sangat miskin. Ladang yang mereka punyai pun hanya sepetak kecil saja sehingga hasil ladang mereka tidak mampu untuk menyambung hidup selama semusim, sedangkan ternak mereka pun hanya dua ekor kambing yang kurus dan sakit-sakitan. Oleh karena itu, untuk menyambung hidup keluarganya, petani itu menjala ikan di sungai Krueng Peusangan atau memasang jerat burung di hutan. Apabila ada burung yang berhasil terjerat dalam perangkapnya, ia akan membawa burung itu untuk dijual ke kota.
Atu Belah ( Batu Belah yang dimaksud) |
Suatu ketika, terjadilah musim kemarau yang amat dahsyat. Sungai-sungai banyak yang menjadi kering, sedangkan tanam-tanaman meranggas gersang. Begitu pula tanaman yang ada di ladang petani itu. Akibatnya, ladang itu tidak memberikan hasil sedikit pun. Petani ini mempunyai dua orang anak. Yang sulung berumur delapan tahun bernama Sulung, sedangkan adiknya Bungsu baru berumur satu tahun. Ibu mereka kadang-kadang membantu mencari nafkah dengan membuat periuk dari tanah liat. Sebagai seorang anak, si Sulung ini bukan main nakalnya. Ia selalu merengek minta uang, padahal ia tahu orang tuanya tidak pernah mempunyai uang lebih. Apabila ia disuruh untuk menjaga adiknya, ia akan sibuk bermain sendiri tanpa peduli apa yang dikerjakan adiknya. Akibatnya, adiknya pernah nyaris tenggelam di sebuah sungai.
Pada suatu hari, si Sulung diminta ayahnya untuk pergi mengembalakan kambing ke padang rumput. Agar kambing itu makan banyak dan terlihat gemuk sehingga orang mau membelinya agak mahal. Besok, ayahnya akan menjualnya ke pasar karena mereka sudah tidak memiliki uang. Akan tetapi, Sulung malas menggembalakan kambingnya ke padang rumput yang jauh letaknya.
“Untuk apa aku pergi jauh-jauh, lebih baik disini saja sehingga aku bisa tidur di bawah pohon ini,” kata si Sulung. Ia lalu tidur di bawah pohon. Ketika si Sulung bangun, hari telah menjelang sore. Tetapi kambing yang digembalakannya sudah tidak ada. Saat ayahnya menanyakan kambing itu kepadanya, dia mendustai ayahnya. Dia berkata bahwa kambing itu hanyut di sungai. Petani itu memarahi si Sulung dan bersedih, bagaimana dia membeli beras besok.
Akhirnya, Petani itu memutuskan untuk berangkat ke hutan untuk berburu rusa, di rumah tinggal istri dan kedua anaknya, pada waktu makan, anak yang sulung merajuk, karena di meja tidak ada daging sebagai teman nasinya. Karena di rumah memang tidak ada persediaan lagi, maka kejadian ini membuat ibunya bingung memikirkan bagaimana dapat memenuhi keinginan anaknya yang sangat dimanjakannya itu.
Akhirnya si ibu menyuruh anaknya tersebut untuk mengambil belalang yang berada di dalam lumbung. (padahal sebelumnya siayah memesan kepada sang ibu jangan di buka lumbung yang berisikan belalang itu), Ketika si anak membuka tutup lumbung, rupanya ia kurang berhati-hati, sehingga menyebabkan semua belalang itu habis berterbangan ke luar.
Sementara itu ayahnya pulang dari berburu, ia kelihatannya sedang kesal, karena tidak berhasil memperoleh seekor rusa pun. Kemudia ia sangat marah ketika mengetahui semua belalang yang telah di kumpulkan dengan susah payah telah lenyap hanya dalam tempo sekejap.
Kemudian, dalam keadaan lupa diri si ayah menghajar isterinya hingga babak belur dan menyeretnya keluar rumah. Dan kemudian tega memotong sebelah (maaf) payudara istrinya, dan memanggangnya, untuk dijadikan teman nasinya. Kemudian wanita malang yang berlumuran darah dan dalam kesakitan itu segera meninggalkan rumahnya.
Dalam keadaan keputusasaan si wanita tersebut pergi ke hutan, di dalam hutan tersebut si ibu menemukan sebongkah batu, dengan keputusasaan si ibu meminta kepada batu untuk dapat menelannya, agar penderitaan yang di rasakanya berakhir.
Selepas itu si ibu bersyair dengan kata-kata, “Atu belah, atu bertangkup nge sawah pejaying te masa dahulu,” kalau diartikan dalam bahasa indonesia “Batu Belah, batu bertangkup, sudah tiba janji kita masa yang lalu. “Kata-kata” itu dinyanyikan berkali-kali secara lirih sekali oleh ibu yang malang itu.
Sesaat kemudian, Tiba-tiba suasana berubah, cuaca yang sebelumya cerah mejadi gelap disertai dengan petir dan angin besar, dan pada saat itu pula batu bersebut terbelah menjadi dua dengan perlahan-lahan tanpa ragu lagi si ibu melangkahkan kakinya masuk ke tengah belahan batu tersebut. Setelah itu batu yang terbelah menjadi dua tersebut kembali menyatu.
Si ayah dan kedua anaknya tersebut mencari si ibu, tetapi tidak menemukannya, mereka hanya menemukan beberapa helai rambut diatas sebuah batu besar, rambut tersebut adalah milik si ibu yang tertinggal ketika masuk kedalam atu belah.
Ia menangis keras dan memanggil ibunya sampai berjanji tidak akan nakal lagi, namun penyesalan itu datangnya sudah terlambat. Ibunya telah menghilang ditelan Batu Belah.
Cerita Rakyat ini adalah cerita rakyat yang banyak di kenal anak-anak di masyarakat gayo. Mereka menggolongkannya sebagai legenda, Karena oleh penduduk gayo kejadian ini benar-benar terjadi di daerah mereka. Untuk membuktikannya mereka dapat menunjukkan kepada kita sebuah betu besar yang terletak kira-kira 35 km dari kota Takengon di Gayo.
http://www.acehprov.go.id
http://books.google.co.id
Friday, September 27, 2013
Kalimat perintah merupakan kalimat yang mengandung makna meminta/ memerintah seseorang untuk melakukan sesuatu. Arti Kalimat perintah adalah kalimat yang isinya menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki.
Kalimat perintah adalah kalimat yang berisi permintaan/menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki. Sebab itu perintah meliputi suruhan yang keras hingga ke permintaan yang sangat halus. Begitu pula perintah dapat ditafsirkan sebagai mengijinkan seseorang mengerjakan sesuatu atau menyatakan syarat untuk terjadinya sesuatu , malahan sampai kepada tafsiran makna ejekan atau sindiran. Suatu perintah dapat pula berbalik dari menyuruh menjadi mencegah atau melarang.
Kalimat yang mengandung perintah disebut kalimat imperatif. Menurut fungsinya, kalimat dapat diklasifikasikan menjadi kalimat imperatif, kalimat deklaratif, dan kalimat interogatif.
Kalimat imperatif berfungsi untuk meminta atau melarang seseorang untuk melakukan sesuatu. Berikut ini adalah contoh-contoh kalimat imperatif yang diambil dari teks prosedur itu.
(a) Kenali si petugas.
(b) Pahami kesalahan Anda.
(c) Pastikan tuduhan pelanggaran.
(d) Jangan serahkan kendaraan atau STNK begitu saja.
(e) Terima atau tolak tuduhan.
Kalimat deklaratif adalah kalimat yang berisi pernyataan. Kalimat seperti itu berfungsi untuk memberikan informasi atau berita tentang sesuatu. Apabila contoh-contoh kalimat imperatif di atas diubah menjadi kalimat deklaratif, kalimat-kalimat itu dapat disajikan sebagai berikut.
(a) Pengendara yang terkena tilang mengenali petugas yang memberikan tilang.
(b) Pengendara memahami kesalahannya.
(c) Pengendara memastikan tuduhan pelanggaran.
(d) Pengendara tidak menyerahkan kendaraan atau STNK begitu saja kepada petugas.
(e) Pengendara menerima atau menolak tuduhan.
Adapun kalimat interogatif adalah kalimat yang berisi pertanyaan. Kalimat interogatif berfungsi untuk meminta informasi tentang sesuatu. Contoh-contoh kalimat interogatif berikut ini diubah dari kalimat-kalimat sebelumnya. Kalimat interogatif dapat dibagi menjadi kalimat interogatif yang menuntut jawaban ya atau tidak dan kalimat interogatif yang menuntut jawaban yang berupa informasi. Kalimat (a), (b), dan (c) merupakan contoh kalimat interogatif yang menuntut jawaban ya
atau tidak.
(a) Apakah Anda mengenali petugas?
(b) Apakah Anda memahami kesalahan Anda?
(c) Dapatkah Anda memastikan tuduhan pelanggaran?
(d) Mengapa Anda menyerahkan kendaraan atau STNK begitu saja kepada petugas?
(e) Siapakah yang menerima atau menolak tuduhan?
1. Kalimat perintah jika dilisankan berintonasi naik di awal dan berintonasi rendah di akhir.
2. Kata yang berintonasi naik biasanya kata dasar.
3. Berpola kalimat inversi (PS).
4. Menggunakan partikel pengeras: lah atau kan
5. Menggunakan tanda seru (!) bila digunakan dalam bahasa tulis.
6. intonasi keras, terutama perintah biasa dan larangan
7. kata kerja yang mendukung kalimat biasanya kata kerja dasar
8. menggunakan partikel
Macam-macam kalimat perintah:
1. Perintah biasa
1. Perintah biasa
- usirlah ayam itu!
- pergilah dari sini!
- selesaikan ujian bahasa Indonesia itu dengan baik!
- pergilah dari sini!
- selesaikan ujian bahasa Indonesia itu dengan baik!
2. Permintaan
- tolong bantu saya mendorong mobil ini ke rumah!
- coba ambilkan gelas itu!
- tolong bantu saya mendorong mobil ini ke rumah!
- coba ambilkan gelas itu!
3. Izin
- ambillah buah mangga itu semaumu!
- tinggalkan saja kalau kau tak mau!
- ambillah buah mangga itu semaumu!
- tinggalkan saja kalau kau tak mau!
4. Ajakan
- mari kita jaga kebersihan rumah kita!
- baiklah kamu mencari ibumu di hutansana !
- mari kita jaga kebersihan rumah kita!
- baiklah kamu mencari ibumu di hutan
5. Syarat
- tanyakanlah kepadanya, tentu ia akan menerangkan kepadamu
- tanyakanlah kepadanya, tentu ia akan menerangkan kepadamu
6. Cemooh/sindiran
- buatlah sendiri kalau engkau bisa!
- tangakaplah jika engkau berani!
- buatlah sendiri kalau engkau bisa!
- tangakaplah jika engkau berani!
7. Larangan
- jangan lewat jalan ini!
- jangan bicara seenak perutmu!
- jangan lewat jalan ini!
- jangan bicara seenak perutmu!
Contoh Kalimat Perintah:
1. Tolong matikan kran air itu!
2. Jangan membuat ribut, anak-anak!
3. Buang sampah itu!
4. Masukkan barang-barang ini ke dalam bagasi mobil!
5. Antarkan surat ini kepada Pak RT sekarang juga!
6. Marilah kita gunakan tekstil buatan dalam negeri demi menyukseskan program pemerintah.
7. Ayolah bersenam pagi setiap hari agar badan kita menjadi sehat.
8. Jangan buang air disini.
9. Jangan makan roti itu.
10. Saya berharap kamu hadir pada acara ulang tahunku.
11. Saya minta kerjakan tugasmu tepat waktu.
12. Saya mohon kamu bisa datang di acara pesta ulang tahunku.
13. Kami mohon kepada-Mu, ya Tuhan, tunjukkanlah jalan yang lurus yang Engkau ridhoi.
14. Biarlah aku yang memikul masalah ini sendirian.
15. Biarkan dia menangis seperti itu.
16. Maju kalau kamu berani.
17. Ambil saja kado yang kau berikan kalau kau tidak malu terhadapnya.
18. Isilah denagn memberi tanda centang pada jawaban yang benar.
19. Susunlah sehingga membentuk lingkaran penuh.
20. Hendaknya Anda bersedia menjadi pengurus kegiatan itu.
21. Terima kasih Anda tidak menolak untuk menjadi pembawa acara pada malam reuni nanti.
22. Mohon kembalikan buku itu di meja saya.
23. Silakan masuk
24. Tolong buatkan kopi untuk Ayah.
25. Hendaknya kamu pulang sekarang.
26. Harap datang tepat waktu
27. Sebaiknya cepat bawa adikmu ke rumah sakit
28. Sudilah Anda membantu saya menyelesaikan tugas ini.
29. Berangkatlah lebih halus daripada berangkat.
30. Apakah tidak ada petugas piket yang menghapus papan tulis?
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kalimat perintah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kalimat perintah
Secara alami manusia enggan diperintah bila tidak ada keuntungan yang diperoleh stelah mlaksanakan perintah tersebut,oleh karena itu saya akan membahas bagaimana kalimat-kalimat yang dianjurkan untuk memberikan sebuah perintah kepada manusia lainnya supaya bisa lebih masuk ke pikiran bawah sadar yang menerima perintah kita.Komunikasi dikatakan sukses bila komunikasi tersebut masuk ke pikiran bawah sadar mereka sehingga orang yg menerima perintah kita segera melaksanakan perintah kita.
1. Berikan kalimat alasan-alasan dulu,sebelum kalimat perintah…( kalimat alasan-alasan <–> kalimat perintah )
Contoh :Hari ini Saya belum makan dari tadi pagi sementara Gaji saya baru besok dicairkan dari Bos Saya,,bisakah saya meminjam uang mu ?
Bisa saja kamu menggunakan model: kalimat perintah dulu,,baru menggunakan kalimat alasan-alasan (kalimat perintah<–> kalimat alasan-alasan) asalkan kamu atasan orang yang ingin diberi perintah dan kalimat model ini bertujuan untuk menunjukkan siapa orang yg memerintah tersebut dan langsung menunjuk ke inti persoalan.
2. Berikan kalimat-kalimat keuntungan yang diselipkan di kalimat perintah
Secara psikologis, pendengar akan lebih tertarik pada segala sesuatu yang berhubungan dengan dirinya secara langsung.Itu karena adanya faktor sentuhan pribadi atau personal touch.Ingatlah bahwa orang secara bawah sadar maupun sadarlebih menyukai keuntungan apa yang bisa ia peroleh dan tidak ingin membuang-buang waktu untuk menyimak kegunaan sesuatu hal.
Contoh : pakaian ini buat dirimu cepat dapat pacar,karena pakaian ini bisa membuat banyak lawan jenis tertarik dengan diri kamu,,segera lah beli pakaian ini…..( kalimat yang langsung menunjukkan keuntungan”buat dirimu cepat dapat pacar”)
3. Memberikan ancaman pada pihak yang bersangkutan/pihak ketiga
Acap kali orang sekadar mengangguk-anggukkan kepala terhadap perintah kita, karena merasa ia lah yg berhak mengatur hidupnya, bukan orang lain..Dengan demikian, adalah mungkin bagi mereka untuk mengacuhkan masa depannya, tetapi bila kita memberi perintah disertai ancaman kepada pihak yang bersangkutan dengan dirinya terutama pihak ketiga maka perintah tersebut bisa lebih efektif masuk ke pikiran bawah sadarnya.
Contoh (1) :Tolong hentikan kebiaasaan kamu dengan narkoba itu,,hentikan kebiasaan membunuh diri kamu,,aku ga ingin kehilangan kamu di saat pernikahan kita..aku hanya ingin kamu sebagai pasangan ku..
Contoh (2) :Tolong katakan siapa yang menyuruhmu ?klo kamu tidak mengatakan siapa yang menyuruhmu,maka kubunuh anak & istrimu..(daripada mengancam membunuh dirinya lebih baik mengancam pihak ketiga yang bersangkutan dengan dirinya)
4. Penggunaan kata “dan”
Dalam memberi perintah, secara bawah sadar manusia akan lebih mudah menerima dua perintah yang disambungkan daripada satu perintah yang bersifat otoriter.Percaya atau tidak, hal ini lebih dapat diterima dalam alam pemikiran manusia tatkala ia menerima perintah. Itu karena, bila kita melihat pemikiran manusia secara logis,satu perintah adalah sebuah keharusan/pemaksaan. Akan tetapi, dua perintah yang diterima akan membuat perintah tersebut lebih lunak karena tidak tertuju pada satu hal.Dengan metode ini, kamu akan mendapatkan dua hal positif, yakni Anda tidak hanya mengajukan satupermintaan, melainkan dua secara sekaligus,tanpa mengesankan adanya paksaan terhadap lawan bicara kamu.
Contoh : “Ayo, semua duduk yang rapi dan dengarkan baik-baik.”,(Kata “Dengarkan baik-baik”di sini adalah perintah terselubung yang berfungsi melunakkan perintah pertama di dalam pikiran bawah sadar para murid)
5. Penggunaan kata “akan” dan “pasti”
kata-kata “akan” dan “pasti” adalah bentuk sebagai suggestion command,biasanya dipakai untuk pertunjukan hipnotis seperti :Rommy Rafael,Uya Kuya,dll..penggunaan kata-kata “akan dan pasti” di sini
menggantikan kata “mungkin” atau “apakah“.Akan ada efek yang berbeda menggunakan kata “mungkin” dengan “pasti“..
menggantikan kata “mungkin” atau “apakah“.Akan ada efek yang berbeda menggunakan kata “mungkin” dengan “pasti“..
Contoh :Cream ini pasti membuat wajah mu lebih cerah dalam 2 minggu,segeralah beli cream ini..(bandingkan dengan kalimat tsb dengan kalimat ini “Cream ini mungkinmembuat wajahmu lebih cerah dalam 2 minggu “, terasa ada efek perbedaan bukan??)
Yang kamu pelajari di atas hanyalah sebagian dari seni manipulasi perintah yang dapat kita gunakan untuk memasukkan pemikiran kita pada lawan bicara kita. Namun,dengan bahasa saja tidaklah cukup ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti body language.Sekadar tambahan,tidak sedikit sejarah manusia yang berhasil diubah oleh para tokoh termuka di dunia, hanya dengan kata-kata yang tepat dan penyampaian yang sempurna misalnya Hittler,Soekarno,Mahatma Gandhi,dll mereka bisa mewujudkan cita-cita mereka..pintar-pintarlah memanipulasi kata-kata untuk memerintah sesuai beberapa aturan-aturan yang aku jelaskan diatas.
Sumber:
BSE Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik (43) Kurikulim 2013
Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Monday, September 23, 2013
Nama lengkap A.A. Navis adalah Ali Akbar Navis, tetapi sepanjang kariernya ia lebih dikenal dengan namanya yang lebih simpel A.A. Navis. Ia lahir di Padangpanjang, Sumatera Barat, tanggal 17 November 1924. Ia merupakan anak sulung dari lima belas bersaudara.
Berbeda dengan kebanyakan putra Minangkabau yang senang merantau, A.A. Navis
telah memateri dirinya untuk tetap tinggal di tanah kelahirannya. Ia berpendapat bahwa merantau hanyalah soal pindah tempat dan lingkungan, tetapi yang menentukan keberhasilan tetaplah kreativitas itu sendiri.
Kesenangan A.A. Navis terhadap sastra dimulai dari rumah. Orang tuanya, pada saat itu, berlangganan majalah Panji Islam dan Pedoman Masyarakat. Kedua majalah itu memuat cerita pendek dan cerita bersambung di setiap edisinya. Navis selalu membaca cerita itu dan lama-kelamaan ia mulai menggemarinya. Ayahnya, St. Marajo Sawiyah, mengetahui dan mau mengerti akan kegemaran Navis. Ayahnya pun lalu memberikan uang agar Navis dapat membeli buku bacaan kegemarannya. Itulah modal awal Navis untuk menekuni dunia karang-mengarang di kemudian hari.
Navis memulai pendidikan formalnya dengan memasuki sekolah Indonesisch Nederiandsch School (INS) di daerah Kayutaman selama sebelas tahun. Kebetulan jarak antara rumah dan sekolah Navis cukup jauh. Perjalanan panjang yang ditempuhnya setiap hari itu dimanfaatkannya untuk membaca buku sastra yang dibelinya. Selama sekolah di INS, selain mendapat pelajaran utama, Navis juga mendapat pelajaran kesenian dan berbagai keterampilan.
Pendidikan Navis, secara formal, hanya sampai di INS. Selanjutnya, ia belajar secara otodidak. Akan tetapi, kegemarannya membaca buku (bukan hanya buku sastra, juga berbagai ilmu pengetahuan lain) memungkinkan intelektualnya berkembang. Bahkan, ia terlihat menonjol dari teman seusianya. Dari berbagai bacaan yang diperolehnya, Navis kemudian mulai menulis kritik dan esai. Ia berusaha menyoroti kelemahan cerpen Indonesia dan mencari kekuatan cerpen asing. Ketika menulis cerpennya sendiri, kelemahan cerpen Indonesia itu dicoba diperbaikinya dengan memadukannya dengan kekuatan cerpen asing.
Navis memulai kariernya sebagai penulis ketika usianya sekitar tiga puluhan. Sebenamya ia sudah mulai aktif menulis sejak tahun 1950. Akan tetapi, kepenulisannya baru diakui sekitar tahun 1955 sejak cerpennya banyak muncul di beberapa majalah, seperti Kisah, Mimbar Indonesia, Budaya, danRoman.
Selain cerpen, Navis juga menulis naskah sandiwara untuk beberapa stasiun RRI, seperti Stasiun RRI Bukittinggi, Padang, Palembang, dan Makassar. Selanjutnya, ia juga mulai menulis novel. Tema yang muncul dalam karya A.A. Navis biasanya bernapaskan kedaerahan dan keagamaan sekitar masyarakat Minangkabau.
Navis pernah berkeinginan menulis peristiwa kemiliteran yang pernah dihadapi bangsa Indonesia dan tentang kebangkitan umat Islam. Akan tetapi, keinginan itu diurungkannya mengingat sulitnya mencari penerbit yang mau menerbitkan cerita yang berisi kedua peristiwa tersebut. Kalau dipaksakan, hal itu dapat menjadi suatu karya yang mubazir. Navis memang prihatin terhadap situasi bangsa Indonesia saat itu sehingga tidak perlu heran mengapa banyak pengarang lebih memilih membuat cerita “hiburan” agar dapat terbit. Keadaan itu menimbulkan kesan bahwa bangsa Indonesia memang lebih menyukai pekerjaan di atas ranjang daripada pekerjaan bermanfaat bagi manusia.
Tentang kehadirannya dalam sastra Indonesia, A. Teeuw berkomentar bahwa Navis sebenarnya bukan seorang pengarang besar, melainkan seorang pengarang yang menyuarakan suara Sumatera di tengah konsep Jawa (pengarang Jawa) sehingga ia layak disebut sebagai pengarang “Angkatan Terbaru”. Komentar lain, Abrar Yusra, mengatakan bahwa cerpen Navis “Robohnya Surau Kami” yang mendapat hadiah kedua dari majalah Kisah sebenarnya lebih terkenal daripada cerpen “Kejantanan di Sumbing” karya Subagio Sastrowardoyo.
Hidup sebagai sastrawan tidaklah mudah, terutama dalam masalah perekonomian. Hidup dari sekadar mengharapkan upah menulis menjadi suatu hal yang mustahil. Hal itu disadari betul oleh Navis. Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa ia menjadi pengarang hanya ketika ia mengarang. Setelah itu, ia menjadi orang biasa lagi yang harus bekerja untuk mendapatkan nafkah.
Di luar bidang kepengarangannya itu, Navis bekerja sebagai pemimpin redaksi di harian Semangat(harian angkatan bersenjata edisi Padang), Dewan Pengurus Badan Wakaf INS, dan pengurus Kelompok Cendekiawan Sumatera Barat (Padang Club). Di samping itu, Navis juga sering menghadiri berbagai seminar masalah sosial dan budaya sebagai pemakalah atau peserta.
Setelah Navis menikah, istrinya juga ikut membantu pekerjaannnya sebagai sastrawan. Apabila ia sedang menulis sebuah cerita, istrinya selalu mendampinginya dan membaca setiap lembar karangannya. Ia memperhatikan reaksi istrinya ketika membaca dan itu yang dibuatnya sebagai ukuran bahwa tulisannya sesuai atau tidak dengan keinginannya.
Di hari tuanya, Navis menyimpan beberapa gagasan untuk menulis cerpen dan memulai menggarap novel. Beberapa dari keinginannya itu sudah selesai, tetapi banyak juga yang terbengkalai. Kendalanya adalah usianya yang bertambah tua yang menyebabkan daya tahan tubuh dan pikirannya semakin menurun. A.A. Navis meninggal karena sakit di Rumah Sakit Pelni, Jakarta, tahun 2004.
a. Cerita Pendek
1. Robohnya Surau Kami (kumpulan cerpen), Jakarta: Gramedia, 1986
2. Hujan Panas dan Kabut Musim (kumpulan cerpen), Jakarta: Jambatan, 1990
3. “Cerita Tiga Malam”, Roman, Thn. V, No.3, 1958:25--26
4. “Terasing”, Aneka, Thn. VII, No. 33, 1956:12--13
5. “Cinta Buta”, Roman, Thn. IV, No. 3, 1957
6. “Man Rabuka”, Siasat, Thn. XI, No. 542, 1957:14--15
7. “Tiada Membawa Nyawa”, Waktu, Thn. XIV, No.5, 1961
8. “Perebutan”, Star Weekly, Thu. XVI, No. 807, 1961
9. “Jodoh”, Kompas, Thu. Xl, No. 236, 6 April 1976:6
1. Robohnya Surau Kami (kumpulan cerpen), Jakarta: Gramedia, 1986
2. Hujan Panas dan Kabut Musim (kumpulan cerpen), Jakarta: Jambatan, 1990
3. “Cerita Tiga Malam”, Roman, Thn. V, No.3, 1958:25--26
4. “Terasing”, Aneka, Thn. VII, No. 33, 1956:12--13
5. “Cinta Buta”, Roman, Thn. IV, No. 3, 1957
6. “Man Rabuka”, Siasat, Thn. XI, No. 542, 1957:14--15
7. “Tiada Membawa Nyawa”, Waktu, Thn. XIV, No.5, 1961
8. “Perebutan”, Star Weekly, Thu. XVI, No. 807, 1961
9. “Jodoh”, Kompas, Thu. Xl, No. 236, 6 April 1976:6
b. Puisi
Dermaga dengan Empat Sekoci (kumpulan 34 puisi), Bukittinggi: Nusantara
Dermaga dengan Empat Sekoci (kumpulan 34 puisi), Bukittinggi: Nusantara
c. Novel
1. Kernarau, Jakarta: GrasIndo, 1992
2. Saraswati si Gadis dalarn Sunyi, Jakarta: Pradnya Paramita, 1970.
1. Kernarau, Jakarta: GrasIndo, 1992
2. Saraswati si Gadis dalarn Sunyi, Jakarta: Pradnya Paramita, 1970.
d. Karya Nonfiksi
1. “Surat-Surat Drama”, Budaya, Thn.X, Januari-Februari 1961
2. “Hamka Sebagai Pengarang Roman”, Berita Bibliografi, Thn.X, No.2, Juni 1964
3. “Warna Lokal dalam Novel Minangkabau”, Sinar Harapan, 16 Mel 1981
4. “Memadukan Kawasan dengan Karya Sastra.”, Suara Karya, 1978
5. “Kepenulisan Belum Bisa Diandalkan sebagai Ladang Hidup”, Suara Pembaruan, 1989
6. “Menelaah Orang Minangkabau dari Novel Indonesia Modern”, Bahasa dan
Sastra, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1977
1. “Surat-Surat Drama”, Budaya, Thn.X, Januari-Februari 1961
2. “Hamka Sebagai Pengarang Roman”, Berita Bibliografi, Thn.X, No.2, Juni 1964
3. “Warna Lokal dalam Novel Minangkabau”, Sinar Harapan, 16 Mel 1981
4. “Memadukan Kawasan dengan Karya Sastra.”, Suara Karya, 1978
5. “Kepenulisan Belum Bisa Diandalkan sebagai Ladang Hidup”, Suara Pembaruan, 1989
6. “Menelaah Orang Minangkabau dari Novel Indonesia Modern”, Bahasa dan
Sastra, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1977
e. Hadiah dan Penghargaan
1. Hadiah kedua lomba cerpen majalah Kisah (1955) untuk cerpen “Robohnya Surau Kami”
2. Penghargaan dari UNESCO (1967) untuk kumpulan cerpen Saraswati dalam Sunyi
3. Hadiah dari Kincir Emas (1975) untuk cerpen “Jodoh”
4. Hadiah dari majalah Femina (1978) untuk cerpen “Kawin”
5. Hadiah seni dari Depdikbud (1988) untuk novel Kemarau
6. SEA Write Awards (1992) dari Pusat Bahasa (bekerja sama dengan Kerajaan Thailand)
1. Hadiah kedua lomba cerpen majalah Kisah (1955) untuk cerpen “Robohnya Surau Kami”
2. Penghargaan dari UNESCO (1967) untuk kumpulan cerpen Saraswati dalam Sunyi
3. Hadiah dari Kincir Emas (1975) untuk cerpen “Jodoh”
4. Hadiah dari majalah Femina (1978) untuk cerpen “Kawin”
5. Hadiah seni dari Depdikbud (1988) untuk novel Kemarau
6. SEA Write Awards (1992) dari Pusat Bahasa (bekerja sama dengan Kerajaan Thailand)
TOKOH BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Dari: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/indeks_tokoh
Prof. Dr. Yus Rusyana dilahirkan di Pameungpeuk, Garut Selatan, pada tanggal 24 Maret 1938. Yus Rusyana terpilih dalam program Post graduate Training in the Study of Indonesian Language and Philology, Universitas Leiden Belanda (1971-1973). Gelar doktor dalam bidang morfologi bahasa diraihnya dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada tahun 1975.
Godi Suwarna merupakan salah seorang sastrawan potensial di Jawa Barat. Pria kelahiran Tasikmalaya pada tanggal 23 Mei 1956 tersebut juga dikenal sebagai sastrawan multitalenta. Ia mahir menulis puisi, drama, novel, cerpen, dan fiksi mini.
Drs. Teuku Abdullah Sulaiman, S.H. alias T.A. Sakti adalah peminat budaya dan sastra Aceh. Setiap orang yang berkiprah di dunia sastra, khususnya hikayat Aceh, tentu tidak akan meninggalkan nama T.A. Sakti. Seolah-olah saat kita membincangkan hikayat Aceh, sosok T.A. Sakti wajib dilibatkan.
Sudaryanto, sebagai doktor lulusan UGM, merupakan lulusan yang ke-25. Yang membanggakan adalah kelulusannya itu ia raih dengan predikat cum laude.
Dr. Edwar Djamaris dilahirkan di Cingkariang. Bukittinggi, Sumatra Barat, pada tanggal 7 Juli 1941. Dengan bertambahnya ilmu sastra, khususnya filologi yang diperolehnya dari Belanda, ia menulis sebuah makalah yang berisi petunjuk penelitian filologi. Makalah itu kemudian terbit dalam majalah Bahasa dan Sastra (1977) dengan judul “Filologi dan Cara Kerja Penelitian Filologi”.
Indeks Tokoh
Nama lengkap A.A. Navis adalah Ali Akbar Navis, tetapi sepanjang kariernya ia lebih dikenal dengan namanya yang lebih simpel A.A. Navis.
Abdul Muis lahir pada tanggal 3 Juni 1883 di Bukittinggi, Sumatra Barat. Ia adalah putra Datuk Tumenggung Lareh,
Acep Zam Zam Noor, seorang penyair yang lahir di Cipasung, tepatnya di Pondok Pesantren Cipasung
Achdiat Karta Miharja lahir di Cibatu, Garut, Jawa Barat, tanggal 6 Maret 1911. Ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga menak yang feodal.
Adinegoro lahir di Talawi, Sumatera Barat, pada tanggal 14 Agustus 1904. Nama aslinya sebenarnya bukan Adinegoro,
Agus R. Sarjono dikenal sebagai penyair, cerpenis, dan esais. Ia lahir di Bandung, 27 Juli 1962.
Ahmadun Yosi Herfanda lahir di Kaliwungu, Kendal, 17 Januari 1958. Kini tinggal di Vila Pamulang Mas Blok L3 No. 9, Pamulang, Ciputat 15415
Ajip Rosidi adalah sastrawan, budayawan, dosen, dan redaktur penerbit serta pendiri dan Ketua Yayasan Kebudayaan Rancage. Ia dilahirkan pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Cirebon, Jawa Barat.
Prof. Dr. Anton M. Moeliono lahir di Bandung pada tanggal 21 Februari 1929. Ia adalah anak ketiga dari pasangan R.M. Moeliono Prawirohardjo dan Maria A. Igno.
Subscribe to:
Posts (Atom)